Nurrahmah Widyawati Mom Food Travel Lifestyle Blogger

Gaya Hidup Bebas Food Waste Dimulai dari Rumah

52 komentar
Konten [Tampil]
 
Taukah kamu? Ternyata Indonesia adalah negara yang menduduki peringkat kedua setelah Arab Saudi dalam hal membuang-buang makanan. Setiap tahunnya terdapat 13 juta ton sisa makanan yang terbuang di Indonesia atau setara dengan 500 kali berat monas dan jika di rata-ratakan setiap orang di Indonesia membuang 300 kg sampah makanan (food wastagesetiap tahunnya. Apakah ini prestasi?

Padahal masih banyak masyarakat ekonomi lemah yang justru sedang dilanda kelaparan dan mengalami kekurangan makanan. Ditambah lagi dengan kondisi pandemi seperti sekarang ini. Lalu, kontribusi apa saja yang bisa kita lakukan untuk masalah ini?

Dari Mana Saja Sumber Food Wastage? Jangan-jangan Kita Turut Menyumbang Sampah Makanan!

Dilansir dari laman zerowaste.id, sampah makanan (food wastage) terdiri dari dua bagian, yaitu food loss dan food waste.

1. Food Loss

Food loss adalah sampah makanan yang berasal dari bahan pangan seperti sayuran, buah-buahan atau makanan yang masih mentah namun sudah tidak bisa diolah menjadi makanan dan akhirnya dibuang begitu saja.

Penyebab Food Loss:
  • Permasalahan dalam penyimpanan, penanganan, pengemasan sehingga produsen memutuskan untuk membuang bahan pangan tersebut.
  • Kurangnya permintaan konsumen di pasar.
  • Terlalu lama di gudang dan lama kelamaan menjadi basi, berjamur, dan berbau busuk.
  • Kurang bijak membeli bahan makanan dan akhirnya bahan makanan tersebut membusuk di tempat penyimpanan (kulkas) ---> ini yang sering terjadi pada kita.

2. Food Waste

Food Waste adalah makanan yang siap dikonsumsi oleh manusia namun dibuang begitu saja dan akhirnya menumpuk di TPA. Ini juga merupakan hal yang paling sering dilakukan oleh kita.

Penyebab Food Waste:
  • Tidak menghabiskan makanan.
  • Makan tidak sesuai dengan porsi makan.
  • Membeli atau memasak makanan yang tidak disukai.
  • Gaya hidup (gengsi) menghabiskan makanan di depan orang ramai.

Apa Dampak Food Waste Bagi Lingkungan? Ini Mengerikan!

1. Pemanasan Global

Food waste yang menumpuk di TPA menghasilkan gas metana (saat proses pembusukan) dan karbondioksida. Keduanya tidak baik untuk bumi, terutama menyebabkan efek rumah kaca.

Gas-gas tersebut terbawa ke atmosfer dan berpotensi merusak lapisan ozon. Sedangkan fungsi lapisan ozon adalah untuk menjaga kestabilan suhu di bumi. Jika kestabilan suhu terganggu, maka akan terjadi pemanasan global dan kenaikan permukaan air laut akibat dari mencairnya es di bumi. 

Faktanya terlihat dari Tragedi Ledakan TPA Leuwigajah di Jawa Barat, Indonesia, pada 21 Februari 2005 yang menimbulkan longsor dan menelan puluhan rumah dan korban ratusan nyawa disebabkan oleh kumpulan gas metana yang terkungkung di TPA. Saat itu, TPA Leuwigajah menampung sampah hingga ketinggian 70 meter, dan masih banyak sekali sampah yang tidak terpilah. Kemudian tanggal 21 Februari dijadikan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) di Indonesia.

2. Menyia-nyiakan Air

Saat membuang-buang makanan, kita juga turut menyia-nyiakan pasokan air. Jutaan galon air sudah digunakan untuk menanam, menumbuhkan, mempertahankan, serta memproduksi bahan makanan. 

Buah-buahan dan sayuran, misalnya. Bukan hanya produk pertanian saja, ternyata produk hewani adalah jenis bahan makanan yang paling membutuhkan air. Pasalnya, para hewan membutuhkan air untuk minum, dan dibutuhkan air dalam jumlah banyak untuk menyirami pakan mereka. Kalau dihitung-hitung, air yang dibutuhkan untuk produk peternakan 8-10 kali lipat lebih besar ketimbang produk pertanian.

Jika setiap tahunnya ada 13 juta ton sampah makanan di Indonesia, bisa dibayangkan ada berapa galon air yang ikut terbuang. Masih mau buang-buang makanan?

3. Mengurangi Keberagaman Makhluk Hidup

Untuk memproduksi makanan, banyak flora dan fauna alami yang musnah akibat rusaknya lahan akibat produksi pangan. Misalnya saja, alih fungsi lahan untuk peternakan. Atau, lautan yang rusak akibat penangkapan ikan besar-besaran.

Hal ini bisa berakibat terhadap berkurangnya populasi ikan di lautan, dan berdampak buruk pada keragaman hayati. Coba bayangkan, setelah semua kerusakan tersebut, ikan-ikan ini dibuang karena tak habis disantap. Atau, dibuang hanya karena tak memenuhi standar. Padahal, kerusakan lingkungan yang diciptakan sudah begitu besar.

Tentunya masih banyak lagi dampak food waste ini.

Jadi, meski tak terlihat secara kasat mata dan dampaknya tidak langsung terjadi, food waste memiliki dampak tersembunyi yang sangat besar dan mahal bagi lingkungan. Dengan meminimalisasi food waste, setidaknya jumlah produksi sampah makanan bisa ikut berkurang, dan pencemaran lingkungannya pun lebih bisa dikendalikan. 

 

Bebas Sampah Makanan Dimulai dari Rumah. Ya, Dari Diri Kita Sendiri!

Berbicara tentang sampah makanan, ini tidak terlepas dari konsumsi makanan di rumah. Oleh karena itu perempuan (seperti istri atau seorang Ibu) adalah aset besar untuk melakukan kontribusi dalam gerakan pelestarian lingkungan yang lebih baik. Karena merekalah yang paling banyak berinteraksi dengan dapur, makanan, serta pemenuhan kebutuhan keluarga.

Sebagai aset yang besar, kita memiliki power untuk menggerakkan keluarga dalam meminimalisasi timbulnya food waste. Adapun beberapa hal yang bisa kita lakukan adalah :

1. Mindful Eating dan Gerakan Piring Kosong


Untuk mengurangi jumlah food loss dan food waste, salah satu cara yang paling mudah untuk dilakukan adalah mindful (penuh kesadaran) dalam konsumsi makanan dan dengan menghabiskan makanan yang kita makan. Istilahnya, lebih baik tambah makanan (saat kurang), dari pada tidak habis. Ini harus dimulai dari diri kita sendiri.

Selain itu kita bisa membuat gerakan Piring Kosong, misalnya mengajak suatu komunitas atau beberapa kelompok orang (bahkan dimulai dari keluarga di rumah) untuk bergerak melalui sosial media dengan mengunggah piring kosong mereka setelah makan.

Jika gerakan ini dilakukan oleh banyak orang serta komunitas, maka akan banyak orang juga yang terinspirasi dan munculah kebiasaan baru yaitu menghabiskan seluruh makanan di piring. Jangan lagi gengsi untuk menghabiskan makanan juga saat makan di luar rumah (restoran, dll)', justru piring kosong' itu keren!

2. Melakukan Food Preparation


Food Preparation (Food Prep/Meal Prep) adalah kegiatan mengolah dan menyimpan bahan makanan untuk diolah atau dipanaskan di masa depan. Dengan perencanaan (menu) seperti ini diharapkan tidak ada sampah organik yang terbuang sia-sia, sehingga berbelanja pun sesuai dengan kebutuhan serta tidak berlebihan (mubazir).

Contohnya, membeli beberapa bahan makanan seperti lauk, sayuran dan bumbu dapur yang cukup untuk dimasak menjadi menu harian seminggu ke depan.

Food Prep memiliki banyak manfaat, antara lain:
  • Mengurangi peluang bahan makanan terlupakan sehingga kedaluwarsa, basi, dan tidak lagi bisa dikonsumsi sebelum diolah.
  • Mengatur penyimpanan bahan makanan agar bisa bertahan lebih lama (contoh: menjaga kulkas tidak penuh (first in first out), memisahkan bahan makanan yang tak boleh disimpan berdekatan).
  • Memantau makanan berlebih agar bisa segera didonasikan, diolah menjadi kompos atau dimanfaatkan sebagai pakan hewan.
  • Efisiensi biaya belanja.

3. Donasi Makanan Sisa

Untuk level lingkungan rumah, kita bisa memberikan makanan sisa kepada tetangga atau sekitar yang membutuhkan. Namun tentu saja, definisi makanan sisa di sini adalah makanan yang layak makan. Oleh sebab itu perlu penyajian makanan yang higienis.

Untuk level lebih besar misalnya acara kampus, seminar, atau pernikahan. Donasi sisa makanan bisa juga dilakukan, bahkan ada beberapa gerakan khusus untuk mengatur ini. Jadi jika kita tidak bisa menyalurkannya sendiri, mereka bisa membantu. Coba cek di masing-masing kota kalian.

Tentunya makanan tersebut harus layak konsumsi, misalnya maksimal delapan jam setelah dimasak, atau enam jam setelah dihidangkan, serta ada ketentuan-ketentuan lainnya.

Untuk hotel atau restoran besar memang jarang yang mendonorkan makanannya karena mereka memiliki  prosedur sendiri untuk mengolah makanan berlebih. Mereka biasanya juga tak boleh memberikan sisa makanan ke pihak ketiga  karena akan dikenai tanggung jawab hukum jika terjadi sesuatu seperti keracunan makanan.

Oleh sebab itu, dalam kegiatan donasi makanan ini juga perlu diperhatikan kelayakannya.

4. Mengolah Makanan Sisa Menjadi Makanan Lain

Ini biasanya dilakukan oleh para Ibu di rumah. Sebagai contoh adalah dengan mengolah nasi kemarin menjadi nasi goreng. Contoh lain adalah saat ada roti tawar yang hampir kadaluarsa bisa diubah menjadi roti kering dengan dibakar atau dipanggang.

Sebetulnya inti dari semua ini adalah memanfaatkan makanan yang ada agar bisa termakan, untuk meminimalisasi timbulnya sampah makanan.

5. Belajar Megelola Sampah Makanan

Salah satunya dengan cara belajar membuat kompos sendiri di rumah. Kompos adalah sisa-sisa bahan organik yang telah mengalami pelapukan, bentuknya berubah (menjadi seperti tanah), tidak berbau, dan mengandung unsur yang dibutuhkan tanaman.

Salah satu bahan yang sangat potensial untuk diolah menjadi kompos adalah sampah organik (sampah dari sisa makanan) rumah tangga. Pengolahan sampah makanan menjadi kompos memiliki manfaat ganda, yaitu mengatasi masalah sampah itu sendiri, sekaligus mendapatkan pupuk organik yang sangat bermutu. 

Namun tak dipungkiri, tidak semua sampah bisa kita olah. Misalnya limbah minyak jelantah. Yang bisa kita lakukan adalah mengurangi konsumsi minyak. Selain itu kita bisa menyalurkan limbah minyak jelantah ke pihak ketiga yang terpercaya untuk diolah kembali menjadi sesuatu yang bermanfaat dan tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. Beberapa komunitas juga sudah menggalakan program donasi minyak jelantah.

6. Mendidik Anak untuk Tidak Mubazir Makanan Sedari Dini

Ini cenderung klasik, namun sangat krusial. Peran kita sebagai Ibu memang sangat berat, namun mulia. Kita memiliki kontribusi juga untuk membuat generasi mendatang lebih peduli akan lingkungan.

Kita bisa mendidik anak untuk tidak membuang makanan, mendidiknya tentang konsep mubazir, serta bisa juga belajar sambil bermain dengan mengaitkan lingkungan sebagai temanya. Sajikan juga buku-buku yang berkaitan dengan issue-issue lingkungan.

7. Mendukung Program Bandung Food Smart City

Dalam rangka penyadaran masyarakat terhadap bahayanya sampah sisa makanan (food waste) tim Bandung Food Smartcity melakukan beberapa program yang sudah dan sedang dijalankan guna terus memberikan penyadaran terhadap masyarakat.

bandung-food-smart-city


Food Racing
Permainan ini bertujuan memberikan penyadaran terhadap kaum muda (kaum milenial) bahwa belanja makanan itu harus bijak dan jangan ada makanan/minuman tersisa di piring atau di gelas minuman.

Food Sharing
Badami berbagi sebagai sebuah platform digital yang menghubungkan masyarakat yang ingin menyalurkan donasinya kepada masyarakat yang membutuhkan, di dalamnya terdapat bandung smart food sebagai marketplace untuk produk pangan, pasar tradisional dan UMKM di sektor makanan.

Urban Farming
Keterbatasan lahan di perkotaan membuat ruang terbuka hijau dan lahan produktif untuk menanam menjadi terbatas. Tak jarang kondisi ini membuat wilayah perkotaan sangat bergantung pada wilayah pedesaan dalam suplai bahan makanan. Urban farming atau pertanian kota sebagai salah satu solusi yang potensial untuk dikembangkan pada saat ini.

Siap Menjadi Bagian dari Perubahan? Dengan mengetahui penjelasan dari sampah makanan, sumber, dampak, serta solusinya, apakah kamu berniat mengambil peran untuk turut mengendalikan sampah makanan dengan gaya hidup minim sampah makanan?

Bumi yang akan dihuni anak cucu kita ini bergantung pada perilaku kita sekarang. Semua ada di tanganmu, apakah kamu ingin menjadi kontributor terhadap kebaikan atau keburukan?



Aku pilih jadi baik dengan gaya hidup minim sampah makanan, bebas food waste dimulai dari rumah. Dari hal kecil dan konsisten. Little progress, still progress :)









Inspirasi Referensi :
https://bandungfoodsmartcity.org/program/
https://zerowaste.id/
https://kumparan.com/
Nurrahmah Widyawati
Seorang lifestyle blogger yang menulis tentang dunia perempuan, Ibu, parenting, pengasuhan anak, keluarga, review, hobi, food-travel dan kehidupan sehari-hari | Digital Illustrator :)

Related Posts

52 komentar

  1. Secara ga sadar aku pun menjadi bagian penyumbang sampah ini, hiks sedih..kurang bijak memilih bahan makanan kadang emang membusuk dikulkas, buang2 makanan... Dari sini aku tersadar, aku juga mau mendidik anak-anakku untuk program mengosongkan piring.makasih insight nya mba

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama belajar ya kita mbak untuk lebih bijak dan baik lagi ke depannya. Semangat untuk kita :')

      Hapus
  2. Kalau ngomongin sampah emang ngga ada habisnya ya. Sedih banget sama alam yang udah tercemar karena ulah tangan kita sendiri yang masih tidak peduli. Padahal sampah ini bukan perkara yang sepele ya. Dampaknya sangat besar kepada alam dan bumi kita.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener bgt. Apalagi kalau yg melakukan itu semua orang. Dan dalam jangka waktu yg lama. Sampai kapan bumi akan bertahan :'( semoga kita bisa berkontribusi dbaik dari hal terkecil ya hiks

      Hapus
  3. Keren deh mindful eating ini, tentu saja semoga bisa menginspirasi orang lain dengan mengusung jargon, "ambil secukupnya, dan habiskan makananmu". Kemudian juga selalu mengingatkan anak-anak agar tidak menyisakan makanannya. Dan terakhir mengolah sisa makanan..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bener bgt. Kadang kita lagi laper bgt nih ambil makanan buanyaaaak eh ternyata kengang dan nggak habis. Makanya lebih baik kurang (ambil lagi) dari pada nggak habis hiks. Yuk sama-sama dari hal terkecil kaya "mengosongkan piring" :)

      Hapus
  4. Wah gak nyangka ternyata efeknya se-massive itu ya Kakak. Jadi harus pintar2 mengolah makanan agar tidak bersisa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, khusus emak-emak juga nih yang jago ngulik sesuatu biar nggak mubazir. Semangat :)

      Hapus
  5. Untuk hal yang ringan dan sederhana, saat berbelanja nggak menggunakan plastik yang sekali pakai lagi ya kak.
    Cukup dengan memanfaatkan tote bag saja sudah mendukung hidup mengurangi sampah juga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kak ini sampah secara universal bener bgt. Alhamdulillah bebeeapa dah mulai ngurangin plastik ya keren ;)

      Hapus
  6. Ternyata gak cuma penduduk terbesar ya Indonesia ini, buang² makanan juga menduduki peringkat kedua. Semoga kita semua segera sadar diri untuk tidak membuang makanan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Prestasi yg miris ya :( semoga kita bisa segera mengambil kontribusi terkecil sekalipun dari rumah agar peringkatnya jd yang positif :)

      Hapus
  7. Komunitas kosongkan piring itu aku kepo banget. Udah ada belum ya. Mau donk ikut.🤭

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku pernah tahu di media sosial ada tagar gerakan piring kosong atau gerakan piring bersih kak. Cuma sekarang2 ini apalagi pandemi kayanya jd makin menipis. Aku jg pernah baca berita tentang gerakan piring kosong ini dengan upload di sosmed keadaan piring kosongnya, tanpa sisa makanan. Semoga dengan fakta yg ada, banyak lagi komunitas yg bergerak. Kalau gak, mulai aja dari keluarga dalam rumah. Semangat ;)

      Hapus
  8. Sekarang buat pelajaran ya beli masak makan makanan yang disukai dan habiskan jangan mubazir

    BalasHapus
  9. Salfok sama ilustrasinya lucu bangett mbak. Kerenn
    Seneng banget sama tulisannya juga, gaya hidup minim sampah memang harus sudah mulai digaungkan di tengah2 kita sejak kecil

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih banyak ya hehehe iya bener bgt mbak. Udah urgent harus masuk kurikulum pendidikan anak usia dini nih nampaknya. Karena usia dini kan lagi absorbent mind ya membentuk karakter diri. Semangat :)

      Hapus
  10. kadang kita sudah tau ilmunya tapi sulit penerapannya ya mba, semoga aku jg bisa lebih minim food waste di rmh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener mbak, prakteknya emg susah banget. Aku aja yg di kuliah ada pembahasan environment aja ttp butuh tekad yg kuat :( jd dimulai dr hal2 kecil dulu kaya kosongkan piring, food prep, sedekah jelantah dan lainnya yg mudab. Kalau banyak org melakukan Insha Allah bermanfaat buat bumi :') semangat buat kita

      Hapus
  11. Dirumah, saya diajarkan suami mindfull eating. Berat sih awalnya tapi lama lama saya mulai bisa mengikuti keiasaan positif ini, termasuk anak2

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah keren kak. Iya memang berat ya :') semoga bs lebih baik ke depannya

      Hapus
  12. Ah benar tuh. Kalau lagi makan bareng sama teman-teman pasti ada saja makanan yang nyisa. Seakan menghabiskan makanan terakhir itu suatu perbuatan hina dina.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget :( jarang memang pada ngabisin makanan saat makan bersama di luar. Sedih sih, tp harus diganti habbit kaya gt. Bener2 bad habit :'(

      Hapus
  13. mengolah makanan sisa ini skill emak2 bgt, termasuk ibuku juga, aku masih belajar inih mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya karena yg ska bilang "sayang" dan ketimbang mubazir adalah emak2 :D wkwk

      Hapus
  14. Ya Allah sedih banget peringkat kedua seluruh dunia, padahal masih banyak yang kelaparan ya ironi banget. Gerakan piring kosong itu pinter banget ya dan ngajarin anak ga mubadzir, kalau food preparation aku blm bisa nih huhu karena seringnya beli masakan hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gpp mbak, ak kadang juga suka beli juga. Wkwk. Kalau beli biasanya kan sayang ya, apalagi kalau belinya mahal. Harus dihabisin wkwkwk

      Hapus
  15. Nampar banget nih mbak ulasannya. Saya akui juga, di kulkas kadang tuh jadi tempat sampah sayur atau buah yang dah gak layak konsumsi lagi. Jadi skrg emang harus lebih bijak ya membeli bahan makanan utk mengurangi sampah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener mba :( nimbun di kulkaspun harus rapi dan sesuai ya biar tahan lama dan akhirnya bs dimanfaatin semua. Sama2 belajar kita :)

      Hapus
  16. Tanpa kita sadari kita sendiri yang merusak bumi dengan melakukan tindakan tindakan yang sesungguhnya merugikan bagi kita sendiri. Belajar untuk gak buang makanan dari lingkungan terkecil alias keluarga semoga bisa turut andil menjaga bumi kita ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Semangat untuk kita semua ya mba :') semoga langkah kecil kita bisa konsisten dan menginspirasi sekitar.

      Hapus
  17. Setelah membaca postingan ini, saya kembalikan ke diri saya. Terkadang juga pernah membuang makanan terutama bahan pangan untuk dimasak. Masalah lupa menjadi alasan karena membiarkan makanan tersebut berlama-lama di kulkas.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya betul, ini masalah banyak orang :'( soon dibuat food prep biar bisa di tracking semua bahan yg ada di kulkas kita ya kak. Semangat belajar untuk kita ;)

      Hapus
  18. Di rumah saya jarang membeli sayuran dalam jumlah banyak. Tiap hari anak ditanyain dulu mau makan sayur apa? jadi beli aku beli sayur yang emang dia suka.sehinga mengurangi resiko mubazir.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah keren kak :') jadi fresh tiap hari ya. Semog menginspirasi sekitar kak :)

      Hapus
  19. Hal yang kita anggap sepele ternyata memiliki dampak yang besar sekali ya. Aku jadi merasa bersalah sering masak dan sering sisa lalu terbuang. Huhu... Ini jadi instrospeksi diri aku juga, agar lebih bijak dalam mengolah makanan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama belajar kita ya kak :( biar bisa lebih mindful dalam belanja, masak, dan makan

      Hapus
  20. Nah, food waste mengenai gengsi menghabiskan makanan di depan orang lain ini sejak kapan ya munculnya? Aku heran di kondangan kalau ngabisin makanan kayak malu2in gitu. Padahal kan itu baik 😢 aku selalu habisin hingga tetes terakhir, tapi orang di kondangan malah nyisain banyak banget huhu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya orang yg ngabisun makanan di tetes terakhir sering dibilang laper apa doyan atau justru dikatain rakus. Padahal habit ngebisin makanan sampai bersih justru teladan banget ya :'( tapi karena dah mengakar, dimulai dair kita sendiri dulu deh yg mengosongkan piring :) semangat

      Hapus
  21. Makasih mbak, jadi lebih banyak tahu kalau sampah makanan bukan hanya dari makanan yang nggak abis dimakan aja tapi dari bahan makanan yang nggak kepake dan busuk.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak. Harus manage manajemen belanja, kulkas, dll ya :') huhu

      Hapus
  22. Saat membuang-buang makanan, kita juga turut menyia-nyiakan pasokan air. Sebelumnya aku gak pernah kepikiran kalau dampaknya ternyata sebesar itu. Semoga semakin banyak yang meminimalisasi timbulnya food waste ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya ternyata secara tdk langsung air buat nyiramin, nyuci, masak, pakanin heean ternak. Nggak nyangka ya kak bisa berdampak mubazir air saat kita mubazir makanan :'(

      Hapus
  23. masih susah ini ngilangin kebiasaan food waste :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bismillah, dimulai dari hal terkecil ya kak. Semangat untuk kita :')

      Hapus
  24. Wah PR berat buat kita semua ya? Paling tidak saya akan mulai dari yang mudah untuk saya lakukan, sepertti gerakan piring kosong. Ini juga akan memgajari kita kebaikan2 lain, seperti tanggung jawab, empati dan sayangi bumi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ah betul banget kak :') bismillah semoga kita dimudahkan ya kak. Semangat berkontribusi...

      Hapus
  25. Ngeri juga ternyata ya sumbangsih food wastenya. Duh jadi semakin tertampar biar gk sering buang makanan

    BalasHapus
  26. Huaa lagi-lagi tertampar nih. Memang kalau pas masak banyak terus pada ga selera sama makanannya jadi mubazir. Hiks. PR banget agar saya dan anak-anak bisa piring kosong ketika makan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya tantangan bgt saat event ya kak. Suka kelebihan makanan. Solusinya paling ya bungkus bawa pulang dan bagi2. Sama kak, yok dimulai dari hal terkecil seperti mengosongkan piring.. semangat ;)

      Hapus

Posting Komentar