Nurrahmah Widyawati Mom Food Travel Lifestyle Blogger

Ibu, Stop Membandingkan Dirimu! Belajar dari 2 Film ini

28 komentar
Konten [Tampil]
Saat dirimu sudah mulai silau dengan kehidupan Ibu lain, cobalah hening sejenak. Resapi diri dan bercermin. Setiap Ibu pasti memiliki tantangannya masing-masing. Yang terlihat sempurna pasti juga menyimpan luka. Yang sedih hatinya pasti pernah bahagia. Dari pada membandingkan kehidupan kita dengan Ibu lain, lebih baik mulai untuk bersyukur dan menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri. Kita bisa belajar dari 2 film lokal ini.
 
1. Milly & Mamet
 
source : id.wikipedia.org

Ini film lama sebetulnya, tahun 2018. Disutradarai oleh Ernest Prakasa.  Namun masih membekas karena kisahnya merupakan lanjutan dari timeline Ada Apa Dengan Cinta 2. Di film ini Milly (Sissy Priscillia) dan Mamet (Dennis Adhiswara) sedang disibukkan mengurus bayi mereka.
 
Mamet memiliki passion memasak dan sempat bekerja sebagai chef, namun kini bekerja di pabrik milik Papa Milly. Pilihan ini sedikit terpaksa karena Mamet menjadi tumpuan keluarga setelah Milly resign dari profesi bankir untuk fokus membesarkan anak.
 
Nah, aku nggak akan me-review keseluruhan film, melainkan akan mengambil part-part yang bisa dipetik hikmahnya dan tentunya relate dengan dunia Ibu.
 
Di suatu adegan saat si Jo (tetangga Milly) ngobrol dengan Milly di dapur. Jo menanyakan dimana Mamet, karena Mamet yang jago memasak apalagi untuk MPASI anaknya. Tumben sekali tidak terlihat di rumah. Akhirnya Milly menceritakan jika Mamet sudah resign dari pabrik dan sekarang sedang membuka restoran dengan temannya. Jo menanggapi bahwa hal itu bagus karena akhirnya dia bekerja sesuai dengan passion-nya.

Milly : "Ya gitu, dia jadi sibuk banget."
Jo : "Ya lo cari kesibukan lah, Mil. Bosen tahu di rumah mulu."
Milly : "Ah, dulu almarhum nyokap gue juga ibu rumah tangga, kayanya baik-baik aja."
Jo : "Ya nggak tahu sih ya. Cuma ya gue liat temen kantor gue kayanya banyak deh yang ninggalin anak-anaknya di rumah. Aman-aman aja tuh."
Milly : "Nggak lah. Gue.. gue nggak apa-apa kok. Seru-seru aja, I'm fine." (Kemudian ada tangisan bayi)
 
Di sini nampak sekali raut muka Milly yang sebetulnya tidak jujur dengan ucapannnya bahwa dia tidak bosan dan baik-baik saja. Milly sepertinya menyimpan suatu uneg-uneg. Dia ingin bekerja kembali. Ada adegan lain yang mendukung kebimbangan Milly.

Titi Kamal : "Gue tuh ya waktu baru banget lahiran Fabiyan, rasanya tuh rasanya bosen banget. Terus gue langsung nyari kesibukan aja, bisnis, ngapain kek, bantu-bantu Christ. Happy lagi deh gue! Lagian tu kayanya Mbak baru lo udah biasa ya ngurusin anak ya"
Milly : "Nggak tega gue, kasihan Sakti."
Titi Kamal : "Ya kalau mamanya nggak happy, apa dia nggak lebih kasihan?"

Di sini aku sepakat sih, jika Ibu bahagia maka anak-anak dan keluarga agak merasakan frekuensi yang sama. Meski harus tetap paham kewajiban ya! Hingga akhirnya di suatu adegan si Milly menyatakan rindunya pada Mamet yang kerjanya lebih sibuk mengurus restoran barunya. Kemudian Milly menyampaikan keinginannya juga untuk kembali bekerja lagi. Milly butuh kesibukan. 
 
Akhirnya Milly izin untuk bekerja kembali, bukan di Bank sebelumnya. Namun dia ingin menggantikan Mamet memimpin perusahaan milih Ayahnya. Karena selain bisa berkegiatan dan membantu Ayahnya, di sana Milly bisa leluasa membawa Sakti ke pabrik. Hingga di suatu saat terjadi konflik. Anaknya sakit, Milly masih sibuk di pabrik. Mamet minta saat itu juga Milly untuk pulang.
 
 
source : tirto.id
 
Mamet : "Sakti udah tidur".
Milly : "Kamu marah sama aku?"
Mamet : "Ya kan aku nggak tahu harus gimana. Kamu kan yang biasa ngurus dia. Kamu dong yang harusnya ada di sini!"
Milly : "Met, baru sekali ini aja aku nggak ada kamu udah kaya gini? Dari Sakti lahir aku yang ngurusin Met sampai aku nggak punya kehidupan tau nggak?!"
Mamet : "Oh jadi gitu, kamu nyesel ngurusin Sakti?"
Milly : "Ya nggak nyesel tapi kan aku juga pingin aku ada kegiatan".
Mamet : "Untuk saat ini kegiatan yg terbaik buat kamu adalah diem di rumah."
Milly : "Jadi aku yang salah ya? OK aku yang salah. Aku salah udah dukung kamu kejar mimpi kamu sampai papaku yg kerepotan, kirain ini  udah solusi yang terbaik. Kamu bisa fokus ke resto dan pabrik papa juga aman!"
 
Konflik ini terjadi saat Milly dan Mamet sama-sama sibuk bekerja dan memang ada masalah masing-masing, baik di pabrik maupun restoran. Di sini memang tidak mudah saat memutuskan untuk kembali bekerja. Istilahnya, jadi Ibu di rumah maupun Ibu yang bekerja di luar rumah, sama-sama memiliki tantangannya masing-masing. Sama-sama sulit. Sama-sama punya pertimbangan. Sama-sama mempunyai gejolak batin.
 
Ternyata kuncinya ada di rasa syukur, serta komunikasi dan kerjasama antara suami dan istri. Di ending cerita Mamet dan Milly justru resign dari resto dan pabrik. Akhirnya mereka mendirikan catering sendiri. Mamet tetap menjalani passion-nya sebagai cheff dan si Milly tetap bisa menjaga Sakti dan sesekali membantu papanya di pabrik
 
Di sini aku juga bisa mengambil hikmah bahwa setiap keluarga punya visi dan misi sendiri untuk menjalani kehidupan. Sulit untuk memakai standar orang yang harus bekerja kah, atau di rumah, atau di kantor, atau freelance dari manapun atau lainnya. Yang paling penting ternyata selalu ada satu sama lain dan saling menguatkan dalam keluarga itu sendiri. Keluarga kita punya standar yang nggak harus sama dengan keluarga lain.

***

2. Rumput Tetangga
 
source : gatra.com

Ini film 2019 yang disutradarai oleh Guntur Soeharjanto. Ceritanya, dulu Kirana (Titi Kamal) adalah anak populer dan pintar saat SMA. Sejak dia menjadi Ibu Rumah Tangga, dia mengalami krisis rasa percaya diri. Dia juga merasa bukan istri yang ideal untuk Ben (Raffi Ahmad), suaminya.  Serta dia merasa bukan Ibu yang baik untuk kedua anaknya, Rega dan Windy.
 
Film dimulai dengan kerepotan ala Ibu di pagi hari, Kirana mengantarkan anak-anaknya ke sekolah. Ternyata sudah terlambat. Di sana dia bertemu dengan teman SMA-nya yang akan menjadi pembicara, Siska (Chika Jesika). Adegan ini di depan gerbang dengan kepala sekolah (Nunung).

Siska : "Saya terlambat."
Ibu Kepala Sekolah : "Oh nggak apa-apa. Saya sudah bersyukur bu Siska bisa datang ke sini untuk menjadi pembicara untuk anak-anak."
Siska : "Aduh, saya senang sekali bu. Saya semangat sekali. Saya tuh ingin berbagi pengalaman menjadi seorang produser, Ibu. Apalagi sama anak-anak perempuan. Anak-anak perempuan sekarang itu harus dididik, mereka tidak boleh puas hanya menjadi ibu rumah tangga. Kenapa, Bu? karena kita mempunyai kesempatan yang sama apapun yang kita inginkan, karir apapun kita pasti bisa ya kan bu? setuju kan?"
 
Siska tidak menyadari bahwa ada Kirana di sebelahnya. Kirana hanya menelan ludah mendengarnya. Hingga akhirnya mereka sama-sama menyadari dan mengobrol sebentar. Siska memberitahu Kirana bahwa teman-temannya sudah sukses semua. Dia tidak tahu bahwa Kirana hanyalah Ibu Rumah Tangga. Justru Siska menduga Kirana sudah menjadi PR terkenal dan hebat.
 
Ini terus membayangi Kirana. Terjadi self-confidence crissis di sini. Dia juga sering membandingkan dirinya denga tetangganya, teman-temannya yang karirnya cemerlang, namun Ben (suaminya) selalu membanggakan Kirana no matter what.
 
Kemudian anak Kirana dan Ben (si Rega) didiagnosa mengalami disleksia, sehingga membutuhkan perhatian lebih. Di sini Kirana mengajukan ke Ben untuk bekerja agar finansial keluarga terbantu. Tapi Ben menginginkan Kirana di rumah menemani anak-anak, terutama Rega yang disleksia. Rega membutuhkan Ibunya di rumah lebih dari siapapun.
 
Kemudian Kirana menghadiri reuni SMA. Singkat cerita, Diana (teman Kirana) berbohong pada teman-temannya bahwa Kirana adalah PR Consultant. Ini dilakukan Diana agar si Kirana dihargai teman-temannya. Selanjutnya, Kirana datang ke stand Madam Sri Menyan saat reuni. Di sana dia mendapat kartu yang bunyinya "Sebelum hari berganti, kembali ke titik awal. Setelahnya tidak akan kembali".
 
Sejak saat itu Kirana bangun tidur dan hidupnya berubah 180 derajat. Sekarang dia menjadi wanita yang dia impikan. Ini keinginan terpendamnya sedari dulu. Dia menjadi gadis kembali, wanita sukses dan karir cemerlang. Dia tinggal di apartement mewah dan punya perusahaan PR Consultant sendiri yang sudah terkenal dan hebat. Dia bertukar peran dengan Diana. Kini Diana mejadi Ibu Rumah Tangga.
 
Awalnya Kirana sangat menikmati peran barunya, namun lama-lama dia rindu suami dan anak-anaknya. Ternyata ini bukan kehidupan yang dia butuhkan. Dia lebih bersyukur saat menjadi Ibu Rumah Tangga dengan suami yang selalu mendukung dan anak-anak yang selalu ada di samping Kirana. Sedangkan Diana awalnya juga senang dan tidak ingin bertukar peran kembali dengan Kirana. Dia bisa menjadi Ibu Rumah Tangga yang men-support karir suaminya dan tetap percaya diri menjalani peran di depan teman-temannya.
 
Namun ada kejadian yang membuat Diana berubah pikiran. Dia rela bertukar peran kembali. Suatu ketika dia mendapati anak Kirana yang perempuan sesak napas. Ternyata Diana tidak mengetahui bahwa Windy alergi kacang. Diana tidak berdaya dan bingung melakukan apa. Kirana datang dan membantu. Ternyata Diana juga kuwalahan saat bertukar peran. Ternyata Diana sulit meng-handle si Rega yang disleksia dan si Windy yang memiliki alergi parah.
 
 
source : wowkeren.com

At the end of the day, mereka kembali ke kehidupannya masing-masing. Di sini kita bisa memetik hikmah bahwa kehidupan yang kita inginkan terkadang bukanlah yang kita butuhkan. Allah sudah memberikan hidup sesuai dengan porsinya. Kita tidak akan bisa hidup sebagai orang lain, begitupun orang lain tidak akan bisa menjalani hidup kita.
 
Masing-masing dari kita memiliki tantangan beserta kekuatannya. Tidak mungkin bisa bertukar peran dengan orang lain. Peran apapun yang sedang kita jalani sekarang, bersyukurlah. Karena rumput tetangga akan selalu lebih hijau. Fokuslah menjadi versi terbaik dari diri kita masing-masing sebagai Ibu. Semoga ulasanku bisa bermanfaat ya. Coba kalian ada rekomendasi film lokal apa yang bisa menjadi penyemangat para Ibu?
 
***
Nurrahmah Widyawati
Seorang lifestyle blogger yang menulis tentang dunia perempuan, Ibu, parenting, pengasuhan anak, keluarga, review, hobi, food-travel dan kehidupan sehari-hari | Digital Illustrator :)

Related Posts

28 komentar

  1. Iya membanding-bandingkan berujungnya pasti jadi kurang baik karna kaya gak bersyukur :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Misalpun benar ditukar posisinya juga belum tentu bisa melewatinya hehe

      Hapus
  2. Setuju banget. Lebih baik bersyukur dan menikmati kehidupan kita yang sedang di jalanin ini. Jangan membandingkan dengan kehidupan orang lain.

    BalasHapus
  3. Hmm aku juga pernah berada di momen post power syndrom sih. Di mana perasaan ingin kerja bergejolak lagi, karena ngga betah diam di rumah. Tapi sekelagi lagi, setiap keluarga memiliki standar masing-masing yang ngga bisa dipukul rata. Working mom vs Stay at home mom harusnya saling memberi support dalam menjalan perannya masing-masing. Sekali lagi, rumput tetangga bisa jadi lebih hijau. Tapi kita tidak pernah tahu apakah itu rumput asli atau sintetis? Bersyukur saja dengan apa yang sudah kita miliki saat ini, mungkin saja ada keluarga lain yang juga ingin seperti kita saat ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepakat mom. Itu ada di film Rumput Tetangga. Hiduo emg bener-bener SAWANG SINAWANG bahasa jawanya :')

      Hapus
  4. Aku pun belum lama sempat nonton film Rumput Tetangga dan memang dapat sih pesannya. Walau urusan kartu dari Ibu Sri Menyan ini nggak cuma dimiliki Kirana dan Diana tapi orang lain yang bahagia bisa berganti bos juga.

    Ya ... kadang ingin seperti orang lain. Tapi hidup ini ya memang bisa jadi sudah sesuai porsinya masing-masing.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya aku agak nggak nyangka loh sama masalah kartu itu. Rada nggak kepikiran wkwk

      Iya, semua memang sdg sesuai porsinya ya. Nggak akan tertukar kebahagiannya :')

      Hapus
  5. Ibu bahagia insyaAllah keluarga akan bahagia.
    terkadang memang tidak ingin membandingkan, cuman kadang mulut orang yang centil bikin meradang nih yang usil

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha mulut centil :') sabar & syukur ya jawabannya wkwk

      Hapus
  6. Kata temenku milly dan mamet ini bagusss memang, sayang aku blm sempet2 juga nontonnya. di netflix kalau ngga salah yaa? cuzz aahhh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kalau ga salah netflix iflix ada. Karya ko ernest ini selain sarat makna juga kocak. Tonton deh hiburan hehe :')

      Hapus
  7. Udah nonton kedua film ini juga. Bagus banget sih hikmahnya. Persamaan dari film ini selain mengingatkan para ibu agar senantiasa bersyukur, ada Titi Kamal di kedua filmnya hehe. Yang satu jadi supporting actress, satunya jadi pemeran utama deh.

    Dari dua film itu aku juga belajar, kadang kita merasa hidup kita soo bad, padahal di luar sana ada orang yang menginginkan posisi kita. Jadi be happy lah, moms :) Apa yang kita miliki adalah yang paling berharga dari Tuhan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bener bgt mba :') hiduo sawang sinawang ya. Jadi memang penting bgt untuk selalu bersyukur dan memang semua orang struggle dg cobaannya masing masing :')

      Hapus
  8. kadang bukan antar ibu yang ngebanding-bandingin tapi neneknya si cucu, wkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahahahahaha, i feel you mba. Sabar & syukur(in) eh bersyukur mksdnya :')

      Hapus
  9. jadi mau nonton rumput tetangga deh, kayanya sarat penuh makna banget mbak widya. nonton legalnya di mana ya? viu ada?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di netflix/iflix coba mba. Aku nontin antara itu dulu tuh ;) lumayan menghibur mbak. Relate sih hehe

      Hapus
  10. Belum nonton dua-duanya, jd oengen nonton ;) emang gak penting ya membandingkan diri dg orang tuh, udh jelas kita terlahir beda hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bener bgt. Even sodara aja bisa beda banget ya wkwkwkwk :')

      Hapus
  11. Yang terlihat sempurna pasti juga menyimpan luka.

    Huhuhu jleb banget lhom.wah dua film tadi aku udah nonton semua...hwaaaa iyaa aku suka tema2 kayak gini mbak. Ada lagi lho film keluarga bagus juga . Ada cek toko sebelah, garwo tapi ini film pendek sih.tapi kedua film yg aku rekomendasiin itu bukan sudut pandang ibu. Termasuk wonderfull life itu juga bagus

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dari 3 film yg dirimu sebutin, cuma Cek Toko Sebelah yang udah ak tonton. Ko ernest kalau bikin film ini maknanya kok bisa relate jleb bgt ya :') tp dibungkus komedi juga. Gemes jadinya wkwk

      Hapus
  12. Tak bisa dimungkiri memang mom, saya juga kadang membandingkan diri dengan ibu lain apalagi kalau udah buka sosmed. (ainhy)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bener mom. Harus selalu mindful dan bijam memang ber sosmed. Percaya aja, bahwa tip org menyimpan cobaan masing2. Gada yg sempurna :')

      Hapus
  13. Film keluarga gini tuh syarat makna ya, emg betul mending fokus mensyukuri yg dipunya biar ga silau dgn yg lain

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya relate soalnya :') jd duka jleb nontonnya huhuhu

      Hapus
  14. Aku udah nonton dua duanyaaa sih. Filmnya lucuu dan emang relate sama kita sebagai ibu ibu, kaya ya kadang aku ngerasain apa yang milly rasain. Recomended sih film ini tuh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya aku jg relate bgt bgt makanya rekomen 2 film ini :') hehe. Semangat!

      Hapus

Posting Komentar