
Seorang Nelson Mandela pernah berkata, “Education is the most powerful weapon which you can use to change the world". Apakah ini hanya pepatah belaka? Yang hanya lalu sebagai caption media sosial, atau kutipan pidato-pidato resmi yang hanya lewat begitu saja?
Sebagai seorang Ibu dari dua anak yang sedang tinggal di kabupaten bagian utara Jawa Tengah, aku merasakan adanya perbedaan akses terhadap literasi dibandingkan dengan tempat tinggalku sebelumnya. Ya, kami pindahan dari Tangerang.
Akses kegiatan literasi, akses buku bagus di perpustakaan daerah, hingga akses toko buku tidak sebanyak di kota besar. Tapi ini masih di pulau Jawa, bagaimana dengan pulau terpencil di luar sana?
Pendidikan tak lepas dari membaca dan menulis bukan? Dengan membaca, kita menjadi tahu banyak hal, memiliki berbagai sudut pandang, menjadi lebih bijaksana dalam bersikap serta mengambil keputusan, serta memiliki banyak kesempatan dan pilihan dalam hidup.
Seorang Pramoedya Ananta Toer, juga pernah berkata, “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.”Ini membuktikan bahwa tanpa literasi, seseorang bisa kehilangan identitas diri dan warisan budayanya. Namun apa kita hanya bisa berdiam diri dan menunggu keajaiban itu datang?
Seperti yang pernah aku baca, berdasarkan Refleksi Hasil PISA (The Programme For International Student Assessment) Tahun 2020, literasi Indonesia berada pada urutan 74 dari 79 atau enam peringkat dari bawah di dunia. What should we do?
Turut Andil Menggerakkan Literasi dari Rumah
Sejak memutuskan untuk lebih banyak di rumah dan mendidik anak-anak secara langsung, aku menjadi sadar bahwa peranku sebagai Ibu tidak sepele. Ada generasi mendatang yang akan meneruskan peradaban dunia. Dan baik buruknya kita turut andil di dalamya.
Ada beberapa hal yang aku lakukan dengan segala keterbatasan yang aku punya, namun tetap ada secercah harapan bahwa literasi itu akan muncul dari rumah-rumah kecil ini.
1. Menuangkan Rasa Lewat Bahasa Semesta
Tahun 2021 aku dan temanku yang bernama Shita memutuskan untuk membuat suatu wadah menulis khusus untuk perempuan, bernama Bahasa Semesta. Untuk konsisten menggerakkan Bahasa Semesta, kami satu tim dengan Herma dan Ariny.
Hingga 2025 sudah 8 buku antologi dengan penulis perempuan dan 1 buku antologi cerita anak dengan penulis anak-anak (young author) yang berhasil kami terbitkan.
Dengan gerakan kecil ini kami sangat berharap bisa menjadi wadah bagi para wanita untuk menuangkan rasa yang terpendam, sebagai teman bercerita yang lebih elegan, melestarikan buku di era yang serba digital ini, serta menjadi inspirasi untuk wanita lain yang membacanya. Memastikan bahwa mereka tidak sendiri, woman support woman.
Berikut adalah beberapa buku yang kami terbitkan di @bahasa.semesta_ (IG), dan 6 diantaranya aku sendiri yang membuat ilustrasi sampul bukunya:

2. Mengajarkan Anak Literasi Sejak Dini
Tidak sampai di situ, aku selalu mendukung anak-anak untuk berkarya dengan tulisan sederhananya, seperti membuat buku ceritanya sendiri. Berikut adalah buku yang dia selesaikan saat kelas 2 SD dan dipamerkan dalam event Karya Raya 2025 di Perpustakaan Jakarta.

3. Menumbuhkan Rasa Cinta Lingkungan pada Anak dengan Cerita
Beruntung menjadi orang tua yang melek literasi, buku bacaan sebisa mungkin kami usahakan. Tidak banyak, namun terselip banyak do'a agar bisa berdampak pada kemajuan mereka kelak.
Setiap cerita yang kami bacakan, setiap buku yang kami sediakan, dan setiap obrolan yang kami mulai, ada banyak harapan untuk Indonesia yang lebih ramah pada anak-anak.
Hingga pada akhirnya kemarin anakku mengikuti kompetisi pertamanya di bidang Story Telling, based on inisiatifnya sendiri.

Dia membawakan ceita fabel yang aku tulis sendiri, tentang Burung Maleo yang Setia Kawan. Tokoh ini aku ambil dari burung endemik Sulawesi yang hampir punah. Selain Maleo, ada juga tokoh burung Merak dan Burung Cendrawasih.
Aku ingin anak-anak melihat betapa kayanya fauna Indonesia. Sayangnya, populasi mereka sudah sedikit. Aku harap kelak mereka tidak hanya tinggal nama dalam buku cerita, namun bisa melihatnya secara langsung dengan mata kepalanya sendiri.
Selain itu, sebagai Ibu yang dulunya berkuliah dan bekerja di bilang Health, Safety and Environment, aku juga belajar banyak hal tentang lingkungan. Betapa lingkungan kita sudah banyak tercemar, hutan mulai gundul, sehingga flora dan fauna banyak yang terancam punah karena kehilangan habitatnya.
Salah satu contohnya adalah di Kota Sorong, dengan daya tariknya sebagai pintu gerbang Papua. Hal ini membuat perkembangan populasi di sana terus meningkat pesat. Sedangkan manajemen pengelolaan sampah di sana belum berjalan dengan baik.
Kelimpahan sampah, terutama pada jenis plastik menjadi perhatian khusus karena potensi bahaya yang dapat ditimbulkan terhadap lingkungan. Namun ada secercah cahaya dari Sorong, dia adalah Baltasar Klau Nahak.
Baltasar Klau Nahak, Penggerak Eco-Literacy Anak Papua dengan Perpusling Agape

“Buku adalah jendela ilmu. Lewat buku, seseorang bisa melihat dunia.” -Abdul Malik Fadjar
Berawal dari koleksi pribadi, dia memberi secercah harapan untuk Sorong kala itu. Rasa prihatinnya terhadap kondisi literasi anak-anak di sekitarnya, membuat dia optimis bergerak untuk berdampak. Tidak hanya literasi, namun juga untuk lingkungan. Dia adalah Baltasar Klau Nahak.
Baltasar Klau Nahak memiliki misi untuk memajukan eco-literacy dari Papua Barat Daya. But wait, apa itu eco-literacy?
Eco-literacy berasal dari kata Eco (oicos, yunani) yang artinya rumah tangga. Pada arti luas, maknanya adalah alam semesta, bumi, habitat, lingkungan. Sedangkan literacy (literacy, inggris) artinya melek huruf. Makna luasnya adalah pemahaman akan sesuatu.
Jadi eco-literacy adalah suatu keadaan dimana seseorang sadar dan paham tentang pentingnya value dari lingkungan hidup. Tujuannya adalah untuk sustainable, yang artinya menciptakan komunitas yang peduli akan pentingnya lingkungan hidup secara berkelanjutan.
Seperti yang kita tahu, hidup di kota besar dan di pulau padat penduduk, akses terhadap buku dan informasi sangatlah mudah. Namun pernahkah kamu menengok sebentar ke daerah lain? Contohnya desa terpencil di Papua Barat Daya. Itulah mengapa Baltasar Klau Nahak hadir dengan misinya.
“Awalnya bukan soal terpanggil, tapi lebih ke merasa terusik. Aku tumbuh dan menyukai hal-hal yang berbau alam. Tapi menyadari, makin ke sini, kerusakan makin jelas kelihatan, tapi banyak yang biasa saja melihatnya,” ujar Baltasar Klau Nahak dalam Taman Bumi volume IV.
Ternyata akses buku sangatlah butuh perjuangan di sana, apalagi untuk daerah yang terpencil. Otomatis informasi tentang kepedulian lingkungan juga minim. Padahal buku adalah jendela dunia. Jangankan buku, bahkan tidak semua anak-anak sudah bisa membaca.
Hal itu yang diperjuangkan oleh Baltasar Klau Nahak, atau yang dikenal dengan nama Kak Ball. Dia mulai membantu anak-anak di sekitarnya untuk bisa membaca dan mengenalkan literasi. Kemudian pada 5 November 2020 terbentuklah komunitas literasi Perpustakaan Keliling Agape (Perpusling Agape).
Perjalanannya tentu tidak semudah itu, persis dengan ungkapan bahwa pelaut hebat tidak lahir dari laut yang tenang. Kak Ball terus semangat untuk mengembangkan Perpustakaan Keliling Agape, hingga memiliki beberapa program, antara lain:
1. Kelas Literasi Rutin
Program ini mengajarkan tentang pentingnya membaca dan menulis untuk anak-anak. Namun tidak hanya itu, program ini juga dibuat untuk menanamkan nilai-nilai moral serta kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan.
Aku paham betul bahwa mengajari anak membaca dan menulis tidak semudah yang terlihat, ada yang namanya proses dan itu sangat panjang. Pengalamanku untuk mengajari anak-anakku sendiri dalam hal membaca dan menulis, membuatku sadar, bahwa mendidik adalah sebuah panggilan hidup.
Tidak hanya bisa membaca dan menulis, namun yang sulit adalah memahami apa yang dibaca dan yang ditulis. Itulah literasi yang sesungguhnya.
Ya, anak-anak itu unik. Kita bahkan harus masuk ke dunianya agar apa yang kita ajarkan lebih mudah ditangkap oleh mereka. Tentu dengan cara yang menyenangkan dan kreatif. Begitu juga dengan mengajarkan nilai-nilai moral dan kesadaran lingkungan. Hal yang tidak sederhana, dan tidak semua orang bisa melakukannya.
Apalagi di era sekarang, sudah banyak pemuda yang mulai apatis hingga kurang empati. Namun perjuangan Kak Ball membuatku lebih optimis bahwa jaman sekarang juga bisa muncul sosok inspiratif pejuang literasi dan peduli akan lingkungan. Kak Ball menyadari bahwa anak-anak bisa menjadi agen perubahan.

2. Literasi Lestari

Literasi Lestari merupakan sebuah aksi nyata dari membaca buku sekaligus menjaga bumi, seperti menanam pohon, mendaur ulang sampah, membuat eco-brick, membuat pupuk organik dan sebagainya.
Seperti yang kita tahu bahwa bumi kita sudah tidak baik-baik saja, seperti maraknya pencemaran lingkungan, sampah yang menumpuk dan tak dikelola dengan baik, hingga cuaca ekstrim akibat pemanasan global.
Kak Ball sangat strategis karena melibatkan anak-anak untuk sadar akan pentingnya menjaga lingkungan dengan literasi. Anak-anak memang lebih suka "cerita", mereka lebih paham jika ada visual dan praktek langsung. Kegiatan tersebut pasti akan menjadi core memory tersendiri untuk anak-anak hingga besar nanti.
Sesederhana dimulai dengan tidak membuang sampah sembarangan, itu merupakan langkah awal untuk gerakan yang lebih besar.

3. Book Party
Book Party merupakan suatu gerakan memperkenalkan buku melalui pertunjukan musik dan dongeng khas Papua. Kegiatan ini tentu dikemas dengan menyenangkan dan sangat relate dengan kehidupan mereka di Papua.
Selain kegiatan tersebut, Kak Ball juga membuat Eco-literacy Camp, yaitu untuk memberikan pemahaman kepada warga terutama anak-anak tentang pentingnya menjaga alam. Di sini mereka diajarkan tentang eco-literacy termasuk cara menjaga lingkungan dalam kehidupan sehari-hari, mengurangi sampah plastik, menjaga kebersihan sungai, demi membangun masyarakat penuh kesadaran dan berkelanjutan.

Kak Ball juga menginisiasi pergerakan pemuda untuk menjaga lingkungan dan iklim atau dikenal dengan AMJI (Aksi Muda Jaga Iklim). Dalam agenda ini, pemuda diajak untuk melawan perubahan iklim, hingga aksi bersih seperti kegiatan kebersihan lingkungan secara kolektif.
Hingga saat ini, Perpustakaan Keliling Agape telah menjangkau lebih dari 30 kampung di daerah terpencil Papua Barat Daya dan memiliki 8 kampung binaan di Kabupaten Sorong Selatan. Adapun desa binaan tersebut, meliputi: Boldon, Seribau, Srer, Kokoda, Kais, Klaogin, Wersar, dan Teminabuan.
Dalam setiap perjalanannya, seorang Baltasar Klau Nahak tidak hanya membawa buku, namun juga membawa misi untuk mengajak relawan lokal turut bergerak melanjutkan misinya terhadap melek huruf dan peduli lingkungan untuk anak-anak sekitar.
Karena anak-anak adalah agen perubahan, Kak Ball dan timnya optimis untuk menggunakan perantara buku sebagai jembatan masa depan yang lebih cerah dan lingkungan yang lebih hijau.
Baltasar Klau Nahak, Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2024 di Bidang Pendidikan

Langkah-langkahnya yang konsisten dan berdampak terhadap misi literasi dan lingkungan hijau, membawanya pada penghargaan yang besar. Baltasar Klau Nahak alias Kak Ball terpilih menjadi salah satu penerima apresiasi SATU Indonesia Awards 2024 di bidang Pendidikan oleh Astra.
Chief of Corporate Affairs Astra Riza Deliansyah menyatakan, bahwa SATU Indonesia Awards merupakan wujud apresiasi Astra bagi anak muda yang inspiratif dan berkontribusi positif bagi sekitarnya melalui lima bidang yaitu Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan dan Teknologi. Astra juga mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk mendukung anak-anak bangsa yang berkomitmen dalam bersama, berkarya dan berkelanjutan menciptakan perubahan positif untuk hari ini dan masa depan Indonesia.
Selain apresiasi SATU Indonesia Awards, ada juga Desa Sejahtera Astra dan Kampung Berseri Astra yang merupakan program dari Astra.
Desa Sejahtera Astra adalah program kontribusi sosial berkelanjutan Astra di bidang kewirausahaan berbasis kawasan dan bertujuan untuk mendorong kemandirian ekonomi masyarakat desa melalui pengembangan potensi dan produk unggulan lokal.
Dalam pelaksanaannya, program ini melibatkan kerja sama antara Astra dengan berbagai pihak, seperti pemerintah pusat dan daerah, perguruan tinggi, komunitas, start-up, dan tentunya masyarakat desa.
Dalam program Desa Sejahtera Astra, masyarakat desa mendapatkan pendampingan menyeluruh, seperti pelatihan keterampilan, penguatan kelembagaan, bantuan prasarana, fasilitasi akses permodalan hingga pemasaran produk. Tujuannya adalah mampu menciptakan desa yang mandiri secara ekonomi dan berdaya saing tinggi.
Selain itu, Astra juga memiliki program Kampung Berseri Astra, yaitu fondasi pengembangan komunitas yang menjadi bagian dari kontribusi sosial Astra di empat pilar utama: kesehatan, pendidikan, lingkungan, dan kewirausahaan.
Program dirancang berbasis komunitas yang mengajak masyarakat untuk berkolaborasi bersama Astra dalam mewujudkan lingkungan yang bersih, sehat, cerdas, serta produktif.
Pada tahun 2024 lalu, terdapat 16.775 generasi muda inspiratif yang telah mendaftarkan diri pada apresiasi SATU Indonesia Awards. Baltasar Klau Nahak alias Kak Ball masuk dalam 20 finalis 15th SATU Indonesia Awards 2024.
Selain itu, Kak Ball juga dilantik sebagai Duta Mangrove 2025 oleh Yayasan Mangrove Indonesia Lestari, sebuah peran untuk menekankan pentingnya mangrove untuk melawan abrasi pantai dan menjaga ekosistem laut. Wah, produktif sekali Kak Ball ini! :)
Penutup
Dari desa ke desa di Papua Barat Daya, Kak Ball membawa misi eco-literacy bersama Perpustakaan Keliling Agape. Niat baik dari hati tentu akan sampai ke hati. Gerakan literasinya tidak hanya membuat anak-anak cerdas tentunya, namun juga berkarakter. Anak-anak tidak hanya pintar, namun peduli terhadap lingkungan dan manusia sekitarnya. Karena anak-anak adalah agen perubahan.
Sekecil apapun cahaya itu, akan tetap menerangi sekelilingnya. Sekecil apapun kontribusi kita, akan tetap bermakna. Karena jika dari rumah-rumah kecil ini dilakukan dengan serempak, bayangkan betapa luar biasa hasilnya. Membayangkannya saja membuat hati lebih hangat.
Cerita inspiratif ini semoga menjadi langkah awal kita untuk ikut tergerak memajukan literasi dan kepedulian lingkungan dari hal terkecil di sekitar kita. Kita usahakan masa depan yang cerah dan hijau itu, demi anak-anak yang tidak hanya menikmati keindahan Indonesia lewat gambar, namun langsung dengan matanya sendiri.
https://www.astra.co.id/
https://www.goodnewsfromindonesia.id/
Instagram Kemenpora
https://rri.co.id/
https://lib.ub.ac.id/
https://zerowaste.id/

.




Posting Komentar
Posting Komentar