Konten [Tampil]
Saya ingin membagi
sedikit hasil dari Sesi Bicara Keluarga Kita yang saya datangi Mei lalu. Di sini saya mendapat insight tentang Memahami Anak dengan Utuh.
Mengapa harus saya tulis di blog? Karena menurut saya sesi bicara ini adalah
forum yang begitu hangat dan sangat bisa menjadi support system.
Informasi lebih lanjut tentang Keluarga Kita bisa langsung mengunjungi akun
instagramnya (@keluargakitaid).
Di Keluarga Kita
memiliki prinsip pengasuhan, yaitu C-I-N-T-A. Bagaimana memahami anak secara utuh?
A. Prinsip CINTA
- C
(Mencintai dengan Cari Cara sepanjang masa.)
Pengasuhan adalah
perjalanan dengan tujuan jangka panjang. CARI CARA dengan konsisten
karena jalan pintas tidaklah efektif. Anak dan keluarga membutuhkan proses dan
struktur pada setiap perkembangan.
- I
(Mencintai dengan Ingat Impian Tinggi)
Orang tua selalu INGAT
IMPIAN TINGGI dan kecenderungan positif pada setiap anggota keluarga. Orang
tua percaya anaknya mampu, sebelum anak membuktikan bahwa dirinya bisa
melakukan sesuatu dengan berhasil.
- N
(Mencintai dengan Menerima Tanpa Drama)
Ujian terberat menjadi
orang tua adalah mencintai dengan tulus, saat hadapi tantangan dan alami
tekanan emosi dalam keluarga. Padahal seharusnya kita meNERIMA TANPA DRAMA,
memahami kebutuhan tanpa syarat, dan menumbuhkan potensi tanpa kekerasan.
- T
(Mencintai dengan Tidak Takut Salah)
Menjadi orang tua butuh
terus belajar, TIDAK PERLU TAKUT SALAH, karena tidak ada keluarga yang
sempurna. Refleksi dan adaptasi harus selalu dipraktikkan, sejak masa
anak-anak, karena siklus pengasuhan berpengaruh lintas generasi.
- A
(Mencintai dengan Asyik Bermain)
ASYIK BERMAIN BERSAMA
dan humor perlu dilakukan bersungguh-sungguh. Interaksi hangat bagaikan candu.
Kehadiran dan keterlibatan keluarga seharusnya menjadi pengalaman yang
menyenangkan dan bermakna.
B. Mengenali Sifat &
Karakter Anak
- Prinsip Perkembangan
Anak
Memperhatikan tujuan pengasuhan
untuk jangka panjang, sehingga hal ini dapat membuat orang tua melihat
anak secara utuh dan memiliki ekspektasi yang realistis atas
perkembangan dan pencapaian anak.
Memperhatikan 3
aspek perkembangan anak (sosial-emosional, kognitif, dan fisik), serta
harus memahami bahwa perkembangan anak terhambat bisa jadi karena kurang
stimulasi, pola asuh yang salah, atau gangguan perkembangan. Sensitiflah pada
kebutuhan anak dan segera mencari tahu penyebab keterlambatan pada
perkembangan anak.
Menerima hal-hal yang
menjadi keunikan anak, karena perkembangan setiap anak berbeda,
hal ini dipengaruhi oleh faktor bawaan maupun lingkungan, maka bersikap
positiflah dalam meresponnya.
- Aspek Perkembangan Anak
Aspek sosial-emosional
Meliputi apa yang kita
rasakan tentang diri kita, hubungan dengan pengasuh utama, orang lain,
kelompok, serta berkaitan dengan pemahaman dan manajemen emosi.
Aspek kognitif
Proses pembentukan
berpikir sejak kecil sampai dewasa yang meliputi kemampuan mengingat dan
belajar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
Aspek Fisik
Proses perkembangan
motorik kasar dan halus yang dimulai sejak anak lahir dan terus berkembang
sampai dewasa. Perkembangan fisik meliputi kontrol, koordinasi, keseimbangan,
dan kekuatan tubuh serta otot.
C. Pengelolaan Emosi
Emosi adalah hal yang
wajar, tidak terpisahkan dari kita dan pengalaman berkeluarga. Tapi pastikan
untuk mengekspresikan emosi dengan baik.
Saat kesulitan
menangani emosi, orang tua kerap berespon pada kebutuhannya sendiri, bukan pada
berespon pada kebutuhan dan pengalaman belajar untuk anak.
Anak akan meniru cara
orang tua megekspresikan emosi. Pilih cara yang tepat.
Emosi negatif yang
tidak ditangani atau disalurkan dengan tepat dapat memulai ‘lingkaran negatif’
kepada anak, diri sendiri, bahkan pada emosinya itu sendiri. Akibatnya, emosi
tidak terkendali dan berulang.
Perlu mengenal emosi,
cenderung apakah kamu?
Marah ?
Merasa bersalah ?
Khawatir/cemas?
Ingin mendapat
pujian/pengakuan kah?
Atau Konformitas (rasa
nggak enakan)?
Dengan mengenal emosi ini, diharapkan kita menjadi sadar,
sehingga bisa mencari titik tengah untuk berekspresi yang tepat kepada anak.
Last but not the least, tidak ada orang tua yang sempurna. Untuk menjadi orang tua yang realistis memerlukan dukungan sesama orang tua untuk terus belajar mencintai dengan lebih baik.
Semoga bermanfaat ya tips memahami anak dengan utuh ini :)
Posting Komentar
Posting Komentar