Nurrahmah Widyawati Mom Food Travel Lifestyle Blogger

Ingin Fokus Bersama Anak Di Rumah, Alasan Resign Para Ibu?

33 komentar
Konten [Tampil]
 
 
Kenapa resign? Ingin fokus menjaga anak nih. Itu adalah alasan yang biasa dipakai para Moms yang ingin resign dari pekerjaan publiknya. Namun apakah semudah itu untuk fokus bersama anak di rumah setelah Moms resign?

Mungkin sebagian Ibu yang pada akhirnya meninggalkan karirnya di luar rumah dan mulai fokus untuk berkarir dari rumah, sedikit mengalami jet lag pada awalnya karena mengalami perubahan rutinitas. Ini hal yang tak mudah. Tapi biasanya tidak akan berjalan lama setelah memahami ritmenya. Meski pekerjaan rumah sendiri sudah banyak menyita waktu dan tenaga, namun ada beberapa hal yang perlu dilakukan agar tetap bisa berkarya meski sudah resign dan ingin fokus bersama anak di rumah.

 1. Buat to do list
 

Sebagian orang bisa menjalani hidupnya dengan mengalir begitu saja. Memiliki rencana dalam otaknya dan kemudian semua berjalan lancar-lancar saja. Namun, ada sebagian orang yang butuh menulis. Menulis di sini diharapkan bisa mengurai segala agenda harian yang ada untuk disusun prioritasnya. Kita tidak mungkin melakukan hal dalam satu waktu, atau melakukan banyak hal terus menerus tanpa membuat kandang waktu. Agar tidak ada yang terlewat dan ter-arrange dengan baik, menulislah.

Membuat to do list ini bisa berupa jadwal beberes rumah, memasak (termasuk food preparation), jadwal home edukasi (permainan stimulasi) anak-anak, bahkan jadwal deadline tugas diri sendiri (saat ada agenda publik). To do list bisa dibuat untuk satu minggu atau bisa juga malam sebelum hari esok tiba. Aku pernah membahasnya di sini. Selain to do list, Moms bisa membuat jurnal. Bisa berupa jurnal perkembangan anak, maupun jurnal syukur setiap hari.

2. Berolah Raga
 

Saat sudah berkutat di rumah, banyak dari kita yang akhirnya 'mager' alias males gerak. Mendengar kata olah raga saja sudah enggan beranjak. Taukah, Moms? bahwa dengan berolahraga, tubuh akan menghasilkan hormon endorfin yang menstimulasi rasa bahagia. Murah meriah lho. Masih mau skip?

Olah raga yang bisa Moms lakukan di rumah, meliputi naik turun tangga, work out seperti sit-up dan lainnya, bahkan yoga maupun zumba dengan lagu-lagu yang meningkatkan mood dan menyegarkankan tubuh.

3. Self Care & Me Time
 

Tak dipungkiri saat sudah memutuskan untuk memiliki lebih banyak waktu di rumah, terkadang rasa untuk merawat diri itu berkurang. Namun, ternyata self care ini penting untuk menunjang agar rasa percaya diri kita tetap terjaga. Moms bisa melakukan hal-hal sederhana seperti menggunakan masker, mandi dengan aroma yang meningkatkan mood, atau menikmati mandi tanpa distraksi anak, bahkan izin untuk ke salon saat weekend.

Selain itu, menjadwalkan me time juga penting untuk menjaga kewarasan Moms di tengah peliknya mengurus rumah dan anak. Moms bisa melakukan hobi saat anak tidur siang atau tengah malam saat sudah bisa fokus. Memang akan ada yang dikorbankan, seperti jam tidur dan lainnya. Managemen waktu sangat diperlukan untuk mengalokasikan agenda ini. Namun Moms yang paling tahu apa yang membuat Moms bahagia.
 
4. Menjadwalkan Family Time yang Seru
 

Saat weekend, Moms bisa  membuat jadwal family time yang seru. Sebelum Covid-19 melanda, pastinya mudah untuk kita membuat agenda ini. Menuju taman bermain, water splash, staycation, bahkan hanya sekadar mencari kuliner. Namun di masa pandemi tentunya kita harus mencari kegiatan yang lebih aman.

Saat pandemi, family time bisa dilakukan di rumah. Misalnya menonton film bersama kemudian membahasanya bersama, piknik di halaman rumah, bermain semacam monopoli atau mainan tradisional, memasak bersama bahkan baking, bermain air dan sebagainya.
 
5. Bergabung dengan Komunitas
 

Bergabung di sebuah komunitas bisa menjadi support system tersendiri. Namun perlu diperhatikan untuk memilah-milah komunitas berdasarkan apa yang Moms suka dan butuhkan. Jika terlalu banyak mengikutinya juga akan menjadikan Moms gagal fokus nantinya. Alih-alih ingin up to date malah justru akan terjadi tsunami informasi dan tsunami eksistensi. Hati-hati, Moms!
 
 6. Turunkan Ekspektasi


Jika memang Moms ingin fokus di rumah bersama anak, tentunya ada beberapa hal yang dikorbankan. Sadarilah bahwa segala hal tak lagi sama. Banyak-banyak bersyukur adalah kuncinya. Apakah Moms pernah membayangkan rumah yang selalu berantakan padahal sudah selalu dirapikan? Belum lagi beberapa hal yang harus kita pilah untuk menjadi prioritas finansial.

Memang ini tak terjadi pada semua Moms. Beberapa mungkin ada yang menggunakan bantuan nanny. Beberapa juga ada yang tetap memiliki penghasilan meski di rumah. Namun, pasti ada hal yang dikorbankan dan tantangan masing-masing Moms pasti ada. Tidak ada salahnya untuk mulai menurunkan ekspektasi, perbanyak rasa syukur.

7. Tetaplah Percaya Diri


Teruntuk Moms yang masih merasa "kok gue gini-gini aja ya". Mungkin Moms belum menemukan ritmenya saja. Teruslah menguliknya dan jangan gagal fokus. Ingat apa strong why Moms saat ingin resign. Saat fokus membersamai anak, pasti ada banyak hal yang membuat Moms tidak akan merasa "kok gue gini-gini aja". Mungkin anaklah sumber inspirasi Moms untuk berkarya. 

Selain itu biasanya akan selalu ada orang lain yang merendahkan Moms, tak usah dihiraukan. Tetaplah fokus pada goals keluarga. Jangan pernah membandingkan pencapaian diri sendiri dengan Moms lain. Karena standar mereka mungkin tidak akan cocok untuk kita. Setiap Moms punya sepatunya masing-masing. Tetaplah percaya diri, shine bright like a diamond!

***

Semoga bermanfaat ya, Moms! Jangan gagal fokus jika suatu saat ada agenda lain yang menjadikan Moms sibuk (dari rumah). Alih-alih fokus dengan anak, malah Moms fokus untuk eksis demi pencapaian standar orang lain dan apresiasi dari mereka. Tetap berkarya dengan selalu ingat pada prioritas, menjadi versi terbaik dari diri sendiri, dan fokus pada goals keluarga masing-masing. Eh iya satu lagi, nggak semua hal bisa diukur dengan UANG. Good Luck! ☺

 

Nurrahmah Widyawati
Seorang lifestyle blogger yang menulis tentang dunia perempuan, Ibu, parenting, pengasuhan anak, keluarga, review, hobi, food-travel dan kehidupan sehari-hari | Digital Illustrator :)

Related Posts

33 komentar

  1. Merasa gini gini aja ya? Hmm...saya ingat temen saya juga pernah ngerasa kaya gini saat menjalani pilihan menjadi full time mom.

    Mungkin karena dulu waktu kuliah, she achieve a lot, dan sekarang menjadi full time moms, berasa achieve nothing.

    Sampai dia menyadari betapa kedekatan dengan anak2nya, menyaksikan tumbuh kembang mereka, adalah achievement tertinggi yang bisa ia raih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yes, bener bgt. Achieve a lot theeeeen nothing. Tapi biasanya saat sdh menemukan ritmenya entah dari join community ataupun bikin bisnis di rumah, jd merasa proud lagi sama diri sendiri, belum lagi saat anak-anak lagi lucu-lucunya dan mulai nrimo. Happy again ;)

      Hapus
    2. Betul, betul, betul...
      Berasa ga punya karya. Padahal rasanya tuh di otak banyak banget ide. Hanya ga tau kemana direalisasikan.

      Dan menulis salah satu solusi ^^

      Hapus
    3. sepakat ummu, writing for healing juga ya :') semangat berkarya!

      Hapus
  2. hampir semuanya sudah aku lakukan kecuali to do list untuk beraktivitas bersama anak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah to do list main bareng anak ini biasanya buat yang concern home edukasi sih buk. Besok main apa ya biar ngga bingung sesuai tahapan usianya :D

      Hapus
  3. alhamdulillah, setelah resign dari kerjaan 4 tahun lalu, rasanya jadi full time mommy lebih bahagia dan membersamai keluarga, hihi..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Toass buk :') kita hampir seangkatan resign dari kantornya wkwk

      Hapus
  4. Kenapa resign?
    Mau fokus sama keluarga :D
    Wkwkwkw, itu juga jadi alasan yang sering dijawab sama temen2ku mba, hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alasan klasik biar nggak ditahan boss mba WKWKWKWK ;)

      Hapus
  5. membuat to do list harian emang sangat membantu banget untuk bisa fokus, biasanya tanpa to do list suka banget nyambi pekerjaan sambil online2, akhirnya aktifitas seharian kurang terarah deh ..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah bener banget mbak. Kalau tanpa to do list, kerjaan penting kadang lupa. Malah asyik sama aktivitas lain. Pas semua numpuk baru nyesel napa gak bikin to do lis :(

      Hapus
  6. semoga setelah fokus menjadi ibu, peran kita sebagai ibu lebih maximal ya

    BalasHapus
  7. Aku pernah di posisi itu sekitar 9 tahunan lalu.. merasa kek jadi full time IRT tuh kerjaannya buanyak.. nggak abis2.. dan nggak punya prestasi. Tapi setelah banyak ketemu komunitas, orang2 baru yang bermind set positif.. jadi punya pandangan baru juga. Betapa di rumah lihat anak2 sehat, bisa lihat tumbuh kembang mereka adalah prestasi tersendiri.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah dah lama banget resignnya mba. Aku setengahnya hehe. Barakallah mbak. Memang prestasi itu gak bergantung pada apa yg ada di luaran ya. Depend on our self aja. Ujungnya bersyukur dan bermanfaat dari mana aja :)

      Hapus
  8. Hepi banget baca postinganmu Kak. memang benar setuju aku, nggak semua diukur dengan uang. Kalo udah mutusin resign jangan galau intinya semuanya ibadah kok. semangat bunda.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, jangan mengeluh ya. Bersyukur dan menyadari setiap pengorbanan yang ada adalah ibadah :')

      Hapus
  9. Full time mom memang lebih banyak kecenderungan lupa urus diri. Pekerjaan yg berulang dan tiada henti. Juga perbedaan penghasilan pastinya. Namun buatku jadi petbaiki gaya hidup. Banyak yg mencibir juga bener. Tapi balik lagi, fokus terhadap goals keluarga. Sukaaa bgt artikel mom.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mom betul. Kebahagiaan kan gak berbanding lurus sama gaya hidup ya. Bersyukur is homemade ;) yang penting pas. Pas pingin, pas bisa beli WKWKWK

      Hapus
  10. Thankiss Mbak Widya sudah disentil dengan tulisan ini. Meskipun aku belum pernah merasakan kerja setelah menikah, tapi sekali lagi ini menyentil aku karena aku merasakan kerja didalam rumah, memang betul prioritas itu yang diutamakan dan jangan terlalu berekspektasi tinggi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bahagia selalu ya mom :) sama sama saling mengingatkan perihal kebaikan ya mom

      Hapus
  11. huhuu betul sekali, ternyataaa jd full time di rumah aja ini juga gak menjamin jd bisa fokus terus sama anak ya :( kadaaang justru malah banyaaak yg kudu dikerjain hahaa semangaaat yooo

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbaaaak :( soalnya aku juga sering gagal fokeus hiks

      Hapus
  12. Memang ya mba... Setelah resign kita menjadi semakin nyaman dan semakin dekat dengan anak-anak ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Insha Allah mom memperkuat bonding (asal kualitas juga ditingkatkan juga ya) soalnya ak kadang sibuk sendiri :( huhu

      Hapus
  13. Bahkan aku sudah resign duluan sebelum punya anak hehe. Karna aku mikir bakal susah bagi waktu untuk urus keluarga dan mengerjakan tugas kantor. Akhirnya ya aku freelance deh jadinya bisa kerja di rumah, keluarga pun ke urus

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masha Allah keren mbaaaak :') memang rezeki itu pasti, kemuliaan harus dicari

      Hapus
  14. Aku salfok pada jangan salah fokus hehe
    Terkadang apa yang gak penting malah itu yang difokusin ya
    sampai mengorbankan diri sendiri dan mungkin anak kita

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak aku masih belajar untuk say no. Kadang karena FOMO dll. Jadi bikin keteteran semuanya, prioritaspun jd salah fokus :(

      Hapus
  15. Biasanya masalah ini sering banget ditanyain sama orang-orang "kok ibu cuman di rumah aja dan gak ngapa-ngapain. Terkadang pertanyaan itu sering merasa gak enak dialami oleh ibu-ibu yang bekerja sebagai rumah tangga saja.

    Meskipun hanya sebatas rumah tangga saja, tetapi bisa kerja kok untuk menghasilkan pundi-pundi di rumah seperti menjalani bisnis atau freelancer. Tetap semangat buat para ibu rumah tangga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepakat mom. Dan sebetulnya nggak harus juga kok menghasilkan uang kalau belum mampu. Sambil belajar bisnis dan freelance, sambil enjoy the moment aja sama anak2. Semangat selalu Ibu Rumah Tangga :') proud!

      Hapus
  16. Hihihi..sangat mewakili banyak ibuk2 rumahan yaaa..
    Saya juga pernah mengalami ini, even sampai skrg juga kadang masih muncul perasaan seperti itu. Namun, berjalannya waktu bisa lebih berdamai kok.

    BalasHapus

Posting Komentar