Nurrahmah Widyawati Mom Food Travel Lifestyle Blogger

Anak Tantrum? 13 Tips Menghadapi si Terrible-Two

30 komentar
Konten [Tampil]
Apakah anak buibu hampir berusia 2 tahun? Sering mengalami tantrum maupun kejutan emosi darinya? Mungkin buibu pernah mendengar istilah terrible-two?

Fase ini memang lumayan hectic. Namun, akan menjadi tidak begitu hectic jika buibu paham konsepnya, dan ini bergantung juga pada how to deal with it!

Anak usia 2 tahun sedang memasuki fase dimana mereka menyadari bahwa mereka adalah pribadi yang berbeda dengan orang tuanya. Oleh karena itu di fase ini mereka mencoba untuk mengetes kemampuan mereka sendiri, mulai menunjukkan apa yang disukai maupun tidak disukai dan menjadi pribadi yang lebih independent (mandiri).

Namun saat mereka sedang berproses memahami dirinya tersebut, ini memang tidak mudah dan terkadang membuat mereka frustasi. Kemampuan dan kapasitas diri mereka masih terbatas, namun keinginan mereka untuk eksplorasi diri sangat tinggi. Sehingga di usia ini mereka merasa oversteps serta kesulitan untuk menunjukkan perasaannya dan mengontrol lonjakan emosinya.

Rasa frustasi dan kemarahan tersebut akan menunjukkan tangisan tantrum, memukul, menendang ataupun berteriak. Apalagi jika si anak belum bisa mengutarakan dengan jelas apa maunya (belum bisa bicara dengan jelas).

Selama fase ini buibu memang dituntut untuk lebih sabar sembari membantu si kecil untuk mengarahkan bagaimana mengekpresikan emosi tersebut dengan tepat. Lakukan secara konsisten.  

Berikut adalah tips yang bisa buibu coba untuk menghadapi si manis terrible-two:


1. Name the emotion & Show your feeling


Kenalkan anak dengan macam-macam ekspresi. Buibu bisa melakukannya dengan membacakan buku dan menjelaskan apa yang sedang dialami oleh si karakter dalam buku tersebut. Sehingga anak akan mengenali "Oh aku sedang sedih" atau "Oh aku sedang marah". Kemudian bantulah mereka untuk mengatasi emosi tersebut, beri insight untuk meluapkan emosi dengan tepat.

Katakan pada si kecil secara jujur bagaimana perasaan buibu saat si kecil mengungkapkan emosinya. Misalnya saja saat si anak berteriak marah, buibu bisa mengatakan "Ibu sedih mendengarmu teriak-teriak seperti itu. Ibu jadi tidak bisa mendengarmu bicara dengan jelas dan jadi tidak paham apa maumu". Katakan juga emosi dari perspektif buibu sendiri, agar ia paham bahwa emosi dimiliki oleh semua orang. Tidak hanya dirinya sendiri.

2. Plan your day ahead


Pahami manajemen waktu anak. Misalnya, hindari untuk melakukan perjalanan seperti grocery shopping dekat dengan waktu tidur anak. Hal ini untuk menghindari cranky. Jangan lupa juga untuk menyiapkan snacks saat melakukan perjalanan dengan si kecil. Persiapkan mainan favoritnya dan lainnya juga.

3. Offer choices that are suitable for his age


Cobalah untuk menawarkan opsi pilihan dari pada memerintahnya. Ingatlah untuk menggunakan nada suara lembut dan kata yang positif. Buibu juga harus ingat, bahwa  anak akan lebih kooperatif dengan sebuah sugesti serta opsi dari pada perintah.

Contohnya saat buibu ingin si kecil membereskan mainannya, coba katakan : "Mana yang akan kamu bereskan terlebih dahulu? Lego ini atau buku itu?". Pastikan bahwa pilihan tersebut spesifik dan sesuai dengan goals kita.
 
Contoh lainnya adalah buibu bisa menawarkan 2 pilihan baju untuk si kecil yang akan digunakan saat sehari-hari. Ini akan memberinya sebuah sense of control dan support. Ini akan meningkatkan kepercayaan pada dirinya serta kemampuan untuk mengambil keputusan.

Jadi, dari pada mengatakan NO secara terus menerus, berilah kesempatan anak untuk eksplorasi. Tugas orang tua yang paling penting di sini. Pastikan lingkungan sekitar aman. Minimalisir distraksi dan instruksi akan mengembangkan kreatifitas dan kemandirian anak.

4. Practice self-control


Meskipun kemampuan pengendalian diri ini terus berkembang setiap harinya selama bertahun-tahun, buibu bisa mengajarkan value ini dalam keseharian. Misalnya saja mengajak dia untuk antre (menunggu giliran). Di sini si kecil akan belajar tentang bagaimana rasanya menunggu, mengontrol emosi dan berbagi dengan yang lain.

Bermain pura-pura (pretend play) juga menawarkan banyak manfaat. Seperti latihan menunggu, bergantian, bahkan komunikasi negosiasi.

Meskipun fase terrible-two ini termasuk fase yang lumayan menguji kesabaran untuk para orang tua, namun nyatanya fase ini adalah fase yang penting untuk meningkatkan kemandirian anak. Buatlah fase ini menjadi fase menyenangkan dan penuh value positif.

Percayalah, kesabaran buibu di fase ini akan mebuahkan hasil untuk anak di masa depan.

5. Be a role model


Anak-anak adalah peniru ulung, mereka ada di fase absorbent mind. Maka jadilah orang tua yang kebiasaannya bisa dicontoh anak dengan baik. Ingatlah, apa yang buibu lakukan lebih penting dan lebih mudah untuk anak tiru ketimbang hanya bicara saja.

Misalnya saat mengajarkan anak untuk terbiasa bicara "maaf, terima kasih, permisi", maka buibu harus melakukannya terlebih dahulu. Jika buibu tidak ingin anak berteriak, maka bicaralah dengan pelan dan sabar. Childern see, childern do!

6. Catch your child being ‘good’


Saat si kecil melakukan kebiasaan baik, jangan ragu untuk memujinya (dengan cara yang tepat). Misalnya "Wah, kamu bermain dengan bertanggung jawab. Ibu suka kamu sabar membereskan mainannya!"

Taukah kamu bahwa mengatakan hal positif akan lebih baik untuk dicerna otak anak. Ingat bahwa anak itu absorbent mind. Jika kamu terus mengungkapkan hal negatif, maka hal itulah yang akan terekam di otaknya. Ganti kata negatif menjadi kata positif meskipun maksudnya sama.

7. Get down to your child’s level


Saat buibu ingin didengarkan oleh anak, baiknya buibu berusaha untuk membangun bonding yang baik. Misalnya buibu tempatkan diri sebagai si kecil, selami apa yang dia rasakan serta pikirkan.

Jika bonding ini tercipta, buibu tidak perlu repot-repot menyuruh anak untuk memperhatikan apa yang buibu ucapkan dan menyuruhnya menatap saat bicara.

Belajarlah untuk mendengarkan anak, jika perlu ulangi perkataannya untuk make sure apa yang mereka pikirkan dan rasakan. Misalnya saat anak tantrum karena mainan legonya roboh, buibu bisa katakan "Pasti sedih sekali ya mainannya roboh? Yuk sama-sama bangun lagi. Ibu bantu". Dengan buibu mengakui apa yang dia rasakan, maka si anak akan merasa diharga dan nyaman dekat dengan buibu.

8. Keep promises & consistent


Ketika buibu sudah berjanji, tepatilah. Jangan bohong hanya untuk membuat anak diam saat tantrum. Ini akan mengajarkan anak tentang rasa percaya dan rasa hormat. Si anak akan belajar melalui buibu tentang kejujuran, menepati janji, si kecil juga akan merasa buibu ada saat mereka sedang down.

Buibu juga harus jaga ke-konsistenan-nya. Misalnya saat sesuatu yang selalu dilarang, jangan tiba-tiba diperbolehkan. Pun sebaliknya. Ini akan membingungkan untuk anak dan memicu anak untuk melanggar larangan.

9. Create an environment for good behaviour


Lingkungan mempengaruhi kebiasaan anak. Kalau buibu pernah mendengar montessori, maka di sana dijelaskan how to menyiapkan lingkungan yang baik untuk anak.

Misalnya berilah anak ruang yang aman dan terjangkau. Ciptakan ruang dimana anak bisa bebas mengambil barang sesuai kebutuhannya, maka dia akan tumbuh lebih percaya diri dan mandiri. Pastikan barang-barang keseharian tersebut aman, bisa ia bersihkan maupun rapihkan sendiri. Keteraturan ini juga penting untuk emosinya.

10. Keep things simple and positive


Berilah instruksi pada anak dengan jelas, singkat dan sesuai usianya. Jangan berikan instruksi terlalu panjang dan berderet-deret di usia anak yang masih kecil. Biarkanlah si kecil menyelesaikan satu hal dan disusul hal lainnya.

Buibu juga lebih baik gunakan kata positif, misalnya "Ibu minta tolong tutup pintunya ya" ini lebih baik. Dari pada bilang "Jangan biarin pintunya terbuka gitu dong".

11. Give children responsibility – and consequences


Seiring anak bertumbuh, buibu bisa memberinya tanggungjawab sesuai usianya. Ajarkan juga sebuah konsekuensi. Misalnya saat si kecil tidak membereskan mainannya, konsekuensinya adalah ada mainan yang mungkin hilang.

12. Prepare for challenging situations


Jangan lupa untuk melakukan sounding sebelum menghadapi situasi tertentu. Misalnya saat akan bertemu orang baru, hadir dalam suatu acara atau saat akan berkunjung ke tempat asing. Lakukan sounding (bahkan simulasi) agar di kecil bisa mempersiapkan diri dengan imajinasinya dan segala aspek yang buibu berikan informasinya. Ajak si kecil untuk selalu bekerjasama.

13. Maintain a sense of humour


Jangan terlalus serius buibu. Jangan lupa untuk selalu mengajak si kecil bermain, bercanda, menyanyikan lagu bersama, bercerita lucu dan bersenang-senang. Namun bercandalah dengan sehat, bukan bercanda yang menyakitkan :)

***
Okay, semoga 13 tips untuk menghadapi si terrible-two di atas bisa bermanfaat ya.


Inspirasi artikel :
https://blog.kinedu.com/
https://www.healthychildren.org/
https://raisingchildren.net.au/



Nurrahmah Widyawati
Seorang lifestyle blogger yang menulis tentang dunia perempuan, Ibu, parenting, pengasuhan anak, keluarga, review, hobi, food-travel dan kehidupan sehari-hari | Digital Illustrator :)

Related Posts

30 komentar

  1. Aku inget pas anakku yg bungsu mulai masuk ke fase tantrum ini . Kurleb PS 2 tahunan juga. Tapi memang beda Ama kakanya mba. Kalo kakanya dari dulu cendrung sabar, dan sampe skr juga ga gampang nangis apalagi tantrum

    Adeknya kebalikan :p. Bisa JD memang bicaranya yg LBH lambat dr si kaja, JD kdg aku blm ngerti dia mau apa. Even babysitter nya juga suka bingung :D. Mulai deh si adek marah2 dan tantrum kalo kami ga ngerti maunya.

    Untungnya skr udh jrg begitu. Aku memang ga PGN juga ngebiasain dia teriak2 marah. JD pas mulai masuk fase itu, aku LBH banyakin perhatian sih, mencoba mulai ngerti apa yg dia maksud :).

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dirimu kebalikanku mbak hahahaha aku justru anak kedua lebih bisa calm karena cepet ngomongnya dah bisa 2 arah. Si kakak sampai skg aja kdg emosinya lebih sensitif :') alhamdulillah dah terlalui ya mbak. Semoga lancar sehat-sehat semuanya...

      Hapus
  2. anakku yang pertama suka trantum karena waktu itu belum lancar bicara sehingga gak ngerti maunya dia

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bener bgt bun. Biasanya yg sering tantrum yg bicaranya belum jelas ya :')

      Hapus
  3. Lagi punya ayik yang fase terribe two juga nih. Emang bener kayanya harus banyak legowo dan lapang dada untuk mengontrol emosi. Tipsnya bermanfaat banget mba. Jangan sampe bayinya ngambek emaknya ikut ngambek wkwkwk.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha bener banget mbak, masa anaknya tantrum si emaknya ikut tantrum ya :') semoga kita lebih cerdik dari si bayik ya mba

      Hapus
  4. Mengenalkan emosi pada anak emang perlu ya mba. Salah satu penyebab tantrum karena mereka gak paham apa yang dirasakan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener mba, tugas ortu di sini menjadi sangat penting ;)

      Hapus
  5. Lagi berada di fase ini dan betul-betul butuh kesabaran ya Allah. Kalau lagi tantrum adik bayinya di pukul (duh) mau Marah gimana semuanya anak, emang banyakin sabar dan berdoa. Tipsnya kucoba praktik besok mom.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, pasti Ibuk pusing ya :') memang butuh kesabaran ekstra di fase ini. Apalagi ada sosok adik bayi. Adaptasinya jadi double huhu semoga mbak bisa dikuatkan dan diluaskan sabarnya aamiin

      Hapus
  6. Jujur saya bukan ibu yang sabaran. Tulisan ini bagus sekali, tapi bisakah saya mengimplementasikannya??

    BalasHapus
  7. Kadang aku suka bingung gimana menghadapi anak tantrum, pernah sekali emosi banget saat anak lg di fase itu. Tp artikel dari mba sangat ngebantu dhe, jd ada cara menghadapi anak tantrum. Ainhy E

    BalasHapus
  8. Dulu pas anak masuk terible two dah ngerasa masa yg paling waow, trnyata dah jdi threenager lebih waow lgi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bener HAHAHAHA anakku mau 5 tahun juga ternyata fasenya makin waow. Tapi bismillah karena belajar terus jadi bisa lebih mindfull menghadapinya. Bismillah :')

      Hapus
  9. Mbak Widya, sebenernya aku sedih kalau dibilang terrible two huhu. CHalengging two gmn? our words is our pray kan ya, hehe. seluruh tipsnya mumpuni banget kalau dipraktikkan. terpenting lagi mencari tips yang coco dan sesuai dengan ibu dan anak. Paling utama anak itu akan menyerap emosi kita, jadi kita harus menjaga emosi banget nih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ah iya juga ya mbak. Kenapa istilah terrible two ini dari dulu dipakai ya? :') wkwkwk harusnya bisa pakai kata yang lebih optimis positif wkwk. Iya bener mba, childern see childern do. Emosipun mereka belajar dari kita ya huhuhu harus lebih bijak lagi nih ibuknya kelola emosi :) bismillah

      Hapus
  10. Pas 2 tahun anakku juga sering tantrum mbak. Kudu sabar biar emaknya gak ikut tantrum juga. Hehe. Makasih banyak tipsnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nanti ada mengatasi emak yang tantrum kalau ini terjadi wkwkwk semoga emak-emak saba ya mba :') wkwk

      Hapus
  11. Tulisan yang sangat bermanfaat. Dapat menjadi reminder buat ibu dalam menghadapi anak berumur 2 tahun.

    BalasHapus
  12. Dibagian peniru ulung ini yaa yang membuat orang tua harus ekstra hati2 banget dalam menyikapi sikap dan kelakuan anak2..

    BalasHapus
  13. Mengatur dan mengenalkan emosi dengan tepat emang penting di kenalkan sejak dini ya. Karena kadang meski kita tahu anak2 sedang ada di fase tantrum, namun terkadang kita suka kesulitan memahami maunya mereka.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba :') paling nggak dg belajar kita jd mindful menghadapi fase mereka ya

      Hapus
  14. Aku udah lulus nih, tp gk tahu nilainya berapa hahaha... yg butuh effort bgt tu jd role model ya mbak. Kadang klo emosi udah di ubun2 ngontrolnya sekuat tenaga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener bgt. Susah bgt loh menahan marah wkwk even kita tau kalau anak menyontoh cara kita marah wkwk

      Hapus
  15. aku banget nih mba wid lagi ngadepin si kakak yg 2 tahunan dan kadang tantrum, nguras tenaga ku karena kontrol emosi emaknya wkwkwk, thnks banget ulasannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah makasih mbak udah mampir wkwkwk semangat semoga Allah mudahkan ya ^^ aamiin

      Hapus

Posting Komentar