Nurrahmah Widyawati Mom Food Travel Lifestyle Blogger

Mengenal Aturan Keselamatan Anak Di Rumah: Child Safety

6 komentar
Konten [Tampil]
menganal aturan keselamatan anak di rumah

Kali ini pingin bahas tentang aturan keselamatan anak di rumah, atau disebut juga Child Safety. Nggak banyak yang tahu kalau sebelum stay di rumah, lima tahun yang lalu aku bekerja di bidang HSE alias Health, Safety and Environment Officer di suatu perusahaan.

Memang sih topik kesehatan dan keselamatan biasanya identik dengan tempat kerja/perusahaan/pabrik atau tempat umum, seperti Mall, rumah sakit, atau fasilitas umum lainnya. Namun jarang yang aware terhadap kesehatan dan keselamatan sendiri di rumah.

Padahal kalau kita kulik lebih dalam, rumah seharusnya menjadi tempat yang paling aman untuk anak. Jadi sudah seharusnya orang tua membuat kondisi rumah yang aman dan sehat untuk anak-anak. Sehingga mereka bisa beraktivitas dan bereksplorasi dengan maksimal.

A. Bahaya dan Risiko

Perlu kita ketahui bahwa dimanapun kita berada pasti terdapat suatu bahaya. Bahaya didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat menyebabkan kerugian (harm) baik cidera pada manusia, kerusakan material maupun pengaruh terhadap lingkungan.

Sedangkan risiko didefinisikan sebagai hasil atau akibat dari bahaya yang terpapar kepada kita. Risiko pun ada nilainya yaitu risiko ringan, sedang dan berat. Jadi hasil paparan dari suatu bahaya mempunyai risiko yang berbeda-beda. 

Contoh mudahnya, misalnya:

  • Saat di rumah kita ada listrik terkelupas, itu mengandung bahaya. Risikonya adalah anak bisa tersengat.
  • Ada pisau dapur tergeletak pun termasuk contoh bahaya, risikonya anak bisa lecet hingga teriris jarinya.

Risikopun bisa berupa risiko ringan seperti lecet, atau risiko sedang seperti luka berdarah, maupun risiko berat seperti cacat permanen atau kematian.

Mengapa kita perlu tahu ini?

Agar terhindar dari risiko, apakah kita harus menghilangkan sumber bahayanya? Hmmm, belum tentu.

Banyak dari orang tua yang ingin segalanya di sekitar anak aman, namun dengan menghilangkan bahaya. Apa bisa? nggak sepenuhnya bisa. Kita butuh listrik, pisau, dan segala hal yang mengandung bahaya.

Jika itu semua dihilangkan, maka kegiatan keseharian akan terganggu dan kita menjadi orang tua yang over-protective pada anak. Tentu itu nggak baik untuk perkembangan anak.

Bagaimana Solusinya?

Sebagai orang tua kita seharusnya mampu mengidentifikasi atau mengenali bahaya yang ada di rumah dan kemudian mengurangi tingkat risiko yang mungkin terjadi.

Contohnya jika dilihat dari kasus di atas adalah ajari anak skill memegang pisau, berikan insight tentang kelistrikan, setting rumah yang lebih ramah anak, dan berikan pengawasan sesuai usia.

Jadi tidak bisa full pengawasan, maka ciptakan juga kondisi yang aman di rumah. Bekali anak tentang aturan keselamatan anak di rumah (dan dimanapun), serta bekali dia dengan skill tertentu.

Hal ini sangat berkaitan dengan artikel yang aku post kemarin, yaitu tentang Melatih Kemandirian Anak Usia Dini

 

aturan keselamatan di rumah

B. Penting Untuk Identifikasi Bahaya dan Risiko di Rumah

Mengutip dari Safe Kids Indonesia (SKI), kemudian mereka memperkenalkan suatu metode yang diberi nama A.N.A.K. Metode ini diadaptasi dari teori di dunia industri Occupational Health Safety yang disebut Hazard Identification Risk Assessment Determining Control (HIRADC) yang merupakan suatu alat (tool) dalam risk management.

Penjabaran konsep A.N.A.K:

B.1. A – Amati bahayanya

Orang tua harus mengetahui bahaya apa saja yang ada di sekitar anak. Lakukan pengamatan singkat dan cepat saat memasuki suatu area baru. Keahlian ini akan terasah seiring dengan waktu. Semakin lama kita akan semakin ahli dalam melakukan pengamatan cepat.

B.2. N – Nilai risikonya

Setelah mengetahui bahayanya, maka selanjutnya dapat dinilai risikonya dari masing-masing aktivitas. Mana aktivitas yang tergolong risiko rendah, sedang dan tinggi.

B.3. A – Ambil tindakan

Lakukan sesuatu untuk mengurangi risiko dari aktivitas tersebut. Pelarangan anak melakukan aktivitas hanya dilakukan jika dinilai risiko aktivitas tersebut memang tinggi dan tak dapat ditoleransi atau jika memang sudah dikurangi tetapi risikonya tetap tak dapat diterima.

B.4. K – Komunikasikan

Informasikan kepada anak, apa yang boleh dia lakukan dan apa yang terbatas dilakukan. Juga dengan pasangan kita dan anggota keluarga lain yang berhubungan dengan anak sehari-hari.

Penting untuk diketahui para orang tua untuk tak hanya menyuruh anak "Hati-hati ya!", namun berikan informasi yang lengkap. Seperti : "Hati-hati ya, lantai dapur sedang basah, bisa membuat jatuh terpeleset."

Umumnya, ada 5 kecelakaan yang paling sering terjadi di rumah, yaitu slip trip fall (terpeleset, tersandung, terjatuh), terantuk atau tertimpa benda jatuh, terjepit oleh pintu lemari atau pintu kamar, benda tajam (gunting, pisau, atau ujung meja), dan listrik.

C. Menciptakan Lingkungan Rumah Yang Lebih Ramah dan Aman untuk Anak 

Nah sekarang waktunya kita untuk inspeksi nih. Di rumah kita, kira-kira sudah aman belum ya untuk anak? Kalau belum segera deh lakukan corrective action sesuai aturan keselamatan anak di rumah.

C.1. Furnitur

Coba cek furnitur seperti meja makan, meja kerja, meja TV, lemari, atau yang biasanya mempunyai ujung tajam. Berikan pengaman yang biasanya terbuat dari karet atau busa di ujung yang tajam tersebut. Terutama saat anak masih kecil.

Nggak semua furnitur biasanya didesain kokoh. Terkadang ada juga yang kurang kokoh. Sehingga kita harus amankan furnitur ke dinding. Anak mungkin akan menarik laci-laci atau bahkan menjadikannya area playground. Jika perlu kaitkan atau jangkarkan laci, lemari dan TV ke dinding.

pengaman tangga anak agar safety

C.2. Tangga

Coba cek tangga di rumah kalian, apakah sudah aman untuk anak? Anak yang sudah dapat merangkak dan berjalan akan tertarik untuk menaiki tangga yang ada di rumah. Jangan lupa lengkapi tangga dengan pagar agar menghalangi anak naik dan turun tanpa pengawasan.

Namun seiring berjalannya waktu, kita juga harus membekali skill ke mereka tentang cara naik turun tangga yang aman sesuai perkembangan usianya. Sehingga motorik dan kewaspadaan mereka juga terasah.

C.3. Pintu

Area anak sebaiknya tidak dekat dengan pintu. Pintu dapat diganjal dengan busa dan sejenisnya. Kunci pintu juga sebaiknya dicabut untuk mencegah anak mengunci dirinya sendiri. Gantikan dengan alat kunci lainnya.

Laci, lemari dan kulkas juga dapat diberikan baby proof (kunci pengaman bayi) agar memberi kesulitan bagi anak untuk membukanya.

keselamatan anak di rumah

C.4. Listrik

Berikan pengaman pada colokan listrik di rumah, untuk menghindari anak tersetrum. Karena anak memang suka tak terduga. Seperti memasukkan tangan ke lubang listrik, mainan kabel, dan sebagainya.

Pastikan kabel-kabel di rumah juga rapi dan aman. Rutinlah periksa jika ada yang terkelupas dan lainnya. Jauhkan aliran listrik dengan air secara langsung, dan jangan lupa menggunakan regulator gas yang baik.

Oh iya, jauhkan bahan kimia dari jangkaun anak ya! Dan juga beri mainan anak sesuai usia. Berikan ekstra pengawasan saat baby bermain mainan dengan ukuran yang kecil.

D. Peralatan dan Skill Penunjang Keselamatan Anak di Rumah

Orang tua sebaiknya juga memiliki beberapa peralatan penunjang kesehatan dan keselamatan keluarga adi rumah, seperti :

D.1. Tas Darurat


isi tas siaga bencana

D.2. Latihan Keadaan Darurat

Berikan pelatihan keadaan darurat pada anak, agar mereka tidak kaget saat kadaan darurat benar terjadi. Latihlah dalam ritme permainan, sehingga bisa tetap asik dan seru.

Jangan lupa teknik Stop-Drop-Roll jika dalam keadaan pakaian kita terkena api. Ada juga tindakan Drop-Cover-Hold (merunduk, berlindung, dan bertahan) jika terjadi gempa.

Perkenalkan juga kepada si kecil tentang gelap. Sehingga mereka akan terbiasa juga dalam kegelapan. Karena keadaan darurat bisa saja terjadi blackout di malam hari.

D.3. Perlengkapan Keselamatan

Jika perlu, tempatkan APAR (Alat Pemadam Api Ringan) di tempat yang mudah terjangkau dan terlihat. Sesuaikan dengan besarnya rumah kamu.

D.4. First Aid Bag/Box

Dilansir dari alodokter.com, paling tidak ada beberapa isi P3K yang harus kita punya di rumah, yaitu:

  • Obat penurun panas dan pereda nyeri untuk anak
  • Obat-obatan untuk menangani alergi dan kejang
  • Larutan antiseptik
  • Gel untuk meredakan gigitan serangga
  • Salep antibiotik yang aman untuk anak usia 2 tahun ke atas
  • Minyak atau losion anti nyamuk untuk bayi atau anak
  • Losion kalamin untuk meredakan iritasi kulit, ruam, dan kulit terbakar sinar matahari
  • Larutan garam (saline NaCl 0,9%), untuk membersihkan luka atau mengeluarkan benda asing dari mata (irigasi)
  • Alkohol untuk mensterilkan peralatan medis yang dapat dipakai kembali
  • Plester untuk anak
  • Perban untuk luka
  • Gunting kuku anak
  • Kapas steril
  • Kasa gulung
  • Termometer
  • Sendok takar untuk memberikan obat
  • Tisu antiseptik untuk membersihkan luka atau membersihkan tangan
  • Bola kapas untuk membersihkan hidung atau telinga anak
  • Gunting tajam untuk memotong perban atau kebutuhan lain
  • Alat pengisap lendir dari hidung untuk meringankan pilek
  • Petroleum jelly dan kasa steril (bisa digunakan untuk perawatan setelah sunat)
  • Sarung tangan yang tidak berbahan karet
  • Senter kecil untuk memeriksa telinga, mata, atau hidung
  • Pinset untuk mengangkat benda yang mungkin menancap pada kulit
isi kotak p3k di rumah

Selain itu, kita juga melengkapi kotak P3K dengan selembar kertas berisi panduan singkat agar kita sendiri atau siapa pun yang sedang menjaga Si Kecil bisa tahu apa yang harus dilakukan.

Tempelkan juga daftar nomor telepon darurat, seperti nomor telepon rumah sakit, dokter anak, polisi, pemadam kebakaran, nomor kontak orang tua, dan tetangga atau kerabat terdekat.

Periksa isi kotak P3K secara berkala dan buang obat kedaluwarsa dan obat yang sudah tidak dipakai.

***

Ah, ternyata masih banyak PR nih untuk memastikan anak nyaman dan aman di rumah. Dengan mengenal aturan keselamatan anak di rumah (child safety) ini diharapkan bisa meminimalisir kecelakan-kecelakaan kecil yang terjadi pada anak di rumah dan mencegah risiko lebih besar.

Stay safe & health everyone! :)


ibu di balik gawai


Nurrahmah Widyawati
Seorang lifestyle blogger yang menulis tentang dunia perempuan, Ibu, parenting, pengasuhan anak, keluarga, review, hobi, food-travel dan kehidupan sehari-hari | Digital Illustrator :)

Related Posts

6 komentar

  1. Oh mqntan HSE toh, berarti kalo masih sama2 kerja kemungkinan kita bakal berhubungan terus mba... Aku dulu HRD mba.

    BalasHapus
  2. Punya anak kecil memang kudu ati-ati bingit, safety first and must!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bener mba, kadang kita abai padahal crusial bgt buat prepared rumah secara safe ;)

      Hapus
  3. Hal begini sebenarnya bikin aku takut sendiri. Aku mikirin tuh kalau ada terjadi sama anak karena gak sempat ngawasin, jadilnya bisa jadi menyesal seumur hidup dan mungkin akan disalahkan huhu. Takut punya anak banyak tuh takut gak bisa jaganya dair hal-hal gini hahah. Tapi baca di atas bisa jadi persiapan baik

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak bener, ada yang namanya unsafe action sama unsafe condition. Untuk aktivitas anak-anak yang seringnya belum paham dan gelatakan wkwk ini masuk unsafe action, minimalisirnya ya hanya dengan pengawasan.

      Kalau unsafe condition ini terkait dengan keamanan lingkungannya, usahanya adalah membuat rumah ini aman dan minim risiko bahaya. Ini yang paling bisa kita kendalikan biar kita nggak usah ngawasin anak2 tiap detik. Karena kita butuh ngelarin kerjaan kita juga sebentar wkwkwkwk :)

      Smangat, makasih dah mampir mbak :)

      Hapus

Posting Komentar