Nurrahmah Widyawati Mom Food Travel Lifestyle Blogger

Circle Pertemanan Makin Kecil? Fase Pendewasaan

16 komentar
Konten [Tampil]


Pernah menyadari nggak bahwa semakin dewasa, circle pertemanan makin kecil? Aku iya, kalau kamu?

Semalam aku mengulik sosial media lamaku yang sudah berdebu, hehe. Awalnya berniat untuk hapus akun secara permanen, karena punya sosial media baru (nggak baru-baru banget juga sih). Tapi, aku justru termenung dan seketika bernostalgia di masa-masa itu. Masa dimana circle pertemanan masih luas, seru, asik, dan nggak kebanyakan mikir.

I know, people change. They come and go. Tapi ternyata ada nelangsa juga ya. Saat menyadari bahwa dulu bisa berkomunikasi seru dan akrab, namun sekarang sungkan menyapa. Fenomena menjadi dewasa banyak yang membuat tak nyaman memang. Just accept it!

Kata orang, teman yang selalu ada dan paling setia adalah teman SMA. ReallyAku pribadi sepakat sih (how lucky I am), punya circle sahabat dari SMA yang masih punya grup chatting sampai detik ini. Dari masih gadis muda belia sampai jadi emak-emak seperti sekarang.

But, hey! semalam, aku membaca satu persatu chat di suatu akun sosmed lamaku. Bahkan aku tak pernah menyangka pernah begitu akrab dengan si A, pernah sebegitu serunya dengan B, pernah sebegitu kocaknya dengan C, dan benar-benar mindblowing saat aku membacanya.

Namun, segala hal memang berubah. Dunia dewasa terkadang mengkotak-kotakkan sesuatu, ya nggak apa-apa juga sih. Tapi jadi aneh aja saat sekarang (mungkin) bertemu di jalan kita tidak bertegur sapa. Mungkin saja justru menghindar dan sungkan. Atau bahkan insecure?


Faktor yang mempengaruhi circle pertemanan makin kecil


Kira-kira apa yang membuat circle pertemanan semakin kecil saat dewasa? Menurutku ada beberapa hal.

1. Sudah beda ketertarikan

Saat sudah lulus sekolah maupun kuliah, tentu kita terjun ke dunia yang berbeda sesuai tujuan hidup masing-masing. Dari segi obrolan sudah ada sebuah sekat dan belum lagi kuantitas pertemuan yang semakin sedikit. Ngobrol nyambung dan ada bahan aja udah syukur loh saat reuni atau bertemu lagi!

2. Faktor pernikahan dan keluarga 

Terdapat faktor komitmen di sini. Saat sudah berkomitmen, tentu ada batasan-batasan yang tak boleh dilewati. Seperlunya, seadanya, ini juga mempengaruhi circle pertemanan itu sendiri.

3. Perbedaan rutinitas

Saat sekolah/kuliah mungkin rutinitas kita sama sebagai seorang pelajar/mahasiswa dengan serangkaian agendanya. Semakin dewasa kita memiliki rutinitas, seperti ke kantor 8 jam sehari, mengasuh anak di rumah, sebagai freelancer dan rutinitas lain yang berbeda. Sehingga lingkaran pertemanan kita juga menyesuaikan dengan rutinitas yang ada sih biasanya.

4. Overthingking

Nggak dipugkiri, semakin dewasa (biasanya) seseorang akan semakin overthingking. Misalnya adanya sebuah komparasi. Bisa jadi komparasi dari masyarakat pada umumnya, seperti kapan menikah, punya anak, punya rumah, punya mobil, dan ekspektasi sebagainya.

Faktor tersebut terkadang mengganggu psikis kita untuk bisa membangun circle pertemanan yang tetap luas, sehat dan asyik. Sudah ada rasa insecure karena hal tersebut, bahkan adanya perubahan bentuk badan juga misalnya. Ah, jadi dewasa bukannya semakin semeleh, malah semakin 'weleh-weleh'.


Bagaimana menghadapi kondisi circle pertemanan makin kecil?


Beberapa hal ini bikin kamu tetap bisa menjalin pertemanan yang tetap luas dan asyik.

1. Jangan insecure, be your self!

Semakin dewasa, nggak banyak orang yang bisa menerima diri kita. Baik kelebihan sepaket dengan kekurangannya. Untuk bisa berelasi luas, diperlukan diri yang nggak berubah di dimanapun. Tetap sih harus menyesuaikan kondisi, siapa yang diajak bicara, dll.

Namun menjadi diri sendiri secara sifat dan karakter memang penting. Jangan fake juga, karena itu akan jadi bumerang buat diri sendiri. Jangan juga jadi insecure. Yang baik untukmu akan menerimamu. Yang nggak mau menerimamu, ya just let it gooo. Kita punya andil untuk memilih dimana kita bertumbuh.

Bukan berarti sulit berteman baik, namun memiliki teman se-frekuensi memang nggak mudah. Apalagi yang membuat diri kita bisa lebih baik lagi.

2. Ikut komunitas

Mengikuti komunitas juga ternyata penting di sela-sela kesibukan keseharian. Nggak hanya bisa update informasi, namun dengan menemukan komunitas yang kamu banget, maka kamu bisa berkembang. Berkembang di sini tidak hanya ilmunya loh, secara kepribadian baik interpersonal dan juga intrapersonal juga.

Apalagi saat kamu bisa berkontribusi memberi manfaat di sana. Maka kamu bisa membina relasi yang tetap luas dan dirimu biasanya merasa lebih 'hidup'.

3. Banyak bukan berarti setia

Ini pasti sudah sering didengar ya. Seperti ungkapan "lebih baik punya teman sedikit tapi berkualitas dari pada banyak tapi palsu/fake". Bener juga sih.

Tapi aku pribadi punya level pertemanan juga, misalnya adanya perbedaan definisi sahabat dan teman. Sahabat adalah yang selalu ada saat ups and downs kita. Jumlahnya sedikit namun memiliki hubungan yang berkualitas.

Sedangkan teman adalah orang yang kenal baik online maupun offline yang nggak selalu ada, namun mereka juga penting. Karena dari mereka mungkin kita banyak belajar juga.

4. It's okay not to be okay

Nggak selamannya jalinan pertemanan akan berjalan mulus dan baik, ada kalanya berbeda pendapat, marah, jenuh, bahkan ada saja yang menyebalkan. Ya nggak apa-apa, menghindar dari kerumunan sejenak untuk istirahat itu perlu, namun jangan terlalu lama.

Perlu diingat bahwa kita juga pasti pernah menyakiti orang lain baik secara sengaja maupun tidak. Begitupun dengan orang lain. So ya, itulah hidup. Namun memang kita punya hak untuk berpijak dimana dan dengan siapa.


***

Nah, itulah sekelumit opini aku dan tips-tipsnya mengenai suatu fase kedewasan yang hampir semua orang alami. Circle pertemanan mungkin memang semakin kecil, namun value diri kita nggak boleh ikut mengecil.

Apalagi saat sudah berkeluarga dan memutuskan untuk di rumah aja. Perlu keberanian besar untuk bisa menaklukan fase kedewasaan yang satu ini. Circle pertemanan makin kecil? No worry lagi saat kita mindfull menjalani peran apapun dan dimanapun.

Semoga kita selalu menjadi orang baik dan dikelilingi juga oleh orang-orang baik. Semoga bermanfaat :)





Nurrahmah Widyawati
Seorang lifestyle blogger yang menulis tentang dunia perempuan, Ibu, parenting, pengasuhan anak, keluarga, review, hobi, food-travel dan kehidupan sehari-hari | Digital Illustrator :)

Related Posts

16 komentar

  1. Saya akui sekarang ini lebih menikmati berdua saja dengan suami. Jarang bertemu teman lama. Kalaupun ada via wa saja sudah cukup sih rasanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya juga jarang sih, merantau pula. Pandemi juga ya mbak huhu :(

      Hapus
  2. Banyak bukan beraryi setia.

    Plak. Plak. Plak.

    Aku berasa ditabok banget. Perasaan ini udah mulai berasa sejak aku mulai masuk ke masa kerja. Teman teman mulai tersaring dengan sendirinya. Bahkan teman jalan bukan gerombolan lagi tapi tinggal satu dua.

    Cara biar tetap merasa nggak sendirian karena udah beda jalan ya akhirnya ikut komunitas. Tetap berusaha asik juga sama teman lama, walau nggak bisa lekat seperti dulu kala.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget. Kalau aku merasanya sih sejak berkeluarga. Jadi perlahan terfilter circle pertemanannya. Paling hanya sahabat dekat yang tetep stay ;) untung join komunitas ya mba.

      Hapus
  3. Aku juga merasakannya sih. Awalnya belum bisa menerima kenapa sebuah pertemuan semakin jarang sampai tidak ada komunikasi. Lama-kelamaan berusaha untuk menerima keadaan itu dan perubahan sekitar maupun diri.

    Ikut komunitas membantu banget untuk tetap berkembang, entah itu skill maupun komunikasi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepakat mba. Dari komunitas ini juga bisa dapet temen baru dengan ketertarikan yg sama ya. Jadi bikin kita tetap merasa punya circle pertemanan yang asik juga ;)

      Hapus
  4. iyaa bener, makin kesini ngerasa circle pertemanan makin sempit. Akhirnya aku join join komunitas untuk memperluas skill atau komunikasi juha

    BalasHapus
  5. Betul kak, saya menyadarinya setelah lulus kuliah beberapa tahun lalu. Circle pertemanan jadi semakin kecil. Yang dulunya akrab banyak yang menghilang, kalaupun masih ada kontaknya cuma sekadar bertegur sapa basa basi, gak seasik dulu. Dan bener sih, perbedaan aktivitas, terus status pernikahan itu ngaruh banget.

    Dan makin sini juga makin sadar, oke gpp temen semakin sedikit karena malah mengurangi rasa insecure saya dan lebih bisa nyari kenalan yang satu passion juga sekarang :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ah thanks for sharing kak. Memang bener, kayaknya fase pendewasaan ini pasti dialami setiap orang ya ;)

      Hapus
  6. Umur 28 tahun dan aku merasakannya. Udah beda prioritas tidak seperti dulu. Tappi aku bersyukur walaupun jarang kumpul, jika butuh sesuatu pas bisa temen2ku hadir. Alhamdulillah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Feel bless ya kak :') semoga selalu dikelilingi orang baik

      Hapus
  7. Wah tulisannya bener banget nih. Makin dewasa makin sibuk masing2

    BalasHapus
  8. setuju banget kak, apalagi di masa pandemi ini jadi keliatan yang mana yang benar-benar teman setia :D

    BalasHapus

Posting Komentar